Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyatakan siap menghadapi rintangan tahun 2022. Optimisme BRI tak bisa dilepaskan dari mulai membaiknya perekonomian nasional. Salah satu indikatornya adalah sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang telah lama menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
Sektor UMKM mampu beradaptasi dan mulai pulih secara baik di tengah pandemi Covid-19. Kebangkitan UMKM menjadi angin segar bagi pertumbuhan bisnis BRI. Kondisi pemulihan ini ditangkap perseroan melalui riset Indeks Bisnis UMKM BRI.
Hasil dari Indeks UMKM BRI tersebut telah mencapai level optimistis dengan skor melebihi 100 pada kuartal IV-2021. Direktur Utama BRI Sunarso membeberkan bahwa pelaku UMKM merasa optimistis terhadap langkah-langkah yang ditempuh pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, menstabilkan harga barang dan jasa, menyediakan dan merawat infrastruktur, memberikan rasa aman dan tentram, serta menegakkan hukum dan rasa keadilan.
“Ternyata data indeks tersebut menunjukkan optimisme. Indeks kepercayaan pelaku UMKM terhadap pemerintah masih sangat baik. Artinya sangat percaya terhadap kemampuan pemerintah mengelola berbagai tantangan perekonomian nasional. Maka dari itulah, kita optimis menghadapi 2022,” ujar Sunarso, belum lama ini di Jakarta.
Dengan kokohnya sektor UMKM, Sunarso yakin BRI dapat melalui tantangan ekonomi pada tahun ini dengan kinerja mengesankan. Dirinya menceritakan, Indonesia digempur tantangan ekonomi yang datang dari luar dan dalam negeri.
Di luar negeri, Sunarso menyebut arah kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) dapat memiliki implikasi bagi perekonomian di Indonesia. Pasalnya, keputusan Bank Sentral AS, The Fed, dalam melakukan tapering off serta potensi kenaikan suku bunga acuannya bisa menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan dan arus investasi. Belum lagi persoalan konflik Rusia – Ukraina yang menyebabkan kelangkaan dan melambungnya sejumlah komoditas utama.
Dua tantangan ini, lanjut Sunarso, telah dipetakan dengan penuh pertimbangan oleh perseroan. Membaiknya demand side menjadikan BRI optimistis tetap optimal melakukan ekspansi kredit. “Situasi yang sebenarnya bisa saya katakan masih optimistis bahwa kami akan bisa tumbuh secara sustain,” tambah Sunarso.
BRI menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 9%-11% year on year (yoy) di tahun ini. Dari segi manajemen risiko, Sunarso yakin BRI bisa menjaga rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) di level 2,8%-3%. Profitabilitas coba didongkrak dengan mematok target Net Interest Margin (NIM) 7,6%-7,8%, dibarengi dengan efisiensi cost of credit di kisaran 2,8%-3%. (*) Steven Widjaja