Jakarta – Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (BTN) Nixon LP Napitupulu mengungkap sejumlah kendala masyarakat dalam mengakses pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) subsidi. Satu di antaranya, menyoal pinjaman online alias pinjol.
“Izin pinjol yang sering disampaikan temen-temen terkait dengan slik Otoritas Jasa Keungan (OJK). Bahkan, ada 30 persen aplikasi yang diajukan developer untuk beli rumah KPR subsidi ditolak karena memiliki SLIK OJK merah karena pinjol,” katanya, dalam acara Dialog Bersama Asosiasi Pengembang bertajuk Program 3 Juta Rumah di Kantor BTN, Jakarta, 29 November 2024.
Menurutnya, persoalan pinjol perlu dibicarakan lebih lanjut supaya memberikan solusi yang bisa membantu masyarakat mengakses KPR subsidi.
“Padahal, saldonya kadang-kadang saldonya hanya Rp200 ribu. Cuma bank harus menghormarti SLIK OJK sehingga kami tidak bisa menyetujui karena ketentuannya seperti itu,” akunya.
Data OJK menyebut, total outstanding pinjaman di fintech peer-to-peer (P2P) lending atau pinjol perseorangan sebanyak Rp61,52 triliun di Juni 2024, dengan jumlah 18.326.831 peminjam.
Baca juga : Duh! Marak Anak Muda Nunggak Paylater hingga Sulit Akses KPR dan Dapat Kerja, Ini Pesan OJK
Adapun tingkat kredit macet atau TWP90 di periode Juni 2024 tercatat 2,79 persen. Untuk total outstanding pinjaman perseorangan yang tercatat macet sebesar Rp1,37 triliun, dengan jumlah 547.692 peminjam.
Dari total outstanding yang macet tersebut, didominasi oleh peminjam berusia 19-34 tahun atau dari kalangan milenial dan generasi Z (gen Z) sebanyak 289.128 peminjam atau sebesar Rp697,78 miliar.
Sementara, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi meminta generasi muda untuk menghindari pola hidup konsumtif.
Baca juga : WIKA Siap Dukung Program 3 Juta Rumah Presiden Prabowo, Begini Perannya
Sebab, perilaku satu ini bisa berujung pada ‘jebloknya’ catatan keuangan dalam Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK).
“Banyak orang-orang yang gagal dan hancur karena tidak bisa mengelola keuangan dengan baik,” katanya kepada ratusan mahasiswa dalam acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like It), di Pentacity & E-Walk Mall Banjarmasin, Sabtu, 5 Oktober 2024.
Kiki, sapaan akrabnya menjelaskan dampak perilaku keuangan konsumtif yang bisa memicu catatan buruk SLIK. Di mana, SLIK merupakan sistem yang mengintegrasikan semua informasi di seluruh sektor keuangan tentang orang perorangan.
“Jadi kalau misalnya mengira kita mengajukan aplikasi pinjol dan tak mau bayar, lalu kita buang nomornya, kita beli lagi, itu sesuatu yang keliru. Atau kita pakai paylater,” bebernya.
Pasalnya, kata dia, banyak anak muda yang memiliki catatan buruk SLIK lantaran tidak mampu membayar tagihan pinjol atau paylater. Sialnya, mereka yang hendak mengajukan KPR kerap ditolak pihak perbankan. (*)
Editor: Galih Pratama