Poin Penting
- Pemerintah menutup sementara dapur MBG (SPPG) untuk evaluasi dan investigasi usai insiden keracunan di sejumlah daerah.
- Evaluasi meliputi kedisiplinan, kualitas juru masak, sanitasi alat makan, kualitas air, dan alur limbah.
- BGN mencatat 71 kasus keracunan di SPPG sepanjang 2025, mayoritas terjadi di unit baru karena SDM minim pengalaman.
Jakarta – Pemerintah menutup sementara Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), pengelola dapur program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang bermasalah menyusul kasus keracunan di sejumlah daerah.
Menteri Koordinator bidang Pangan Zulkifli Hasan mengatakan, penutupan sementara SPPG tersebut sembari melakukan evaluasi dan investigasi terkait keracunan di sejumlah daerah.
“SPPG yang bermasalah ditutup untuk sementara dilakukan evaluasi dan investigasi,” ucap Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan, dinukil ANTARA, Minggu, 28 September 2025.
Menurut Zulhas, evaluasi terhadap SPPG meliputi kedisiplinan, kualitas, dan kemampuan juru masak. Ia menegaskan, seluruh SPPG akan diperiksa, tidak hanya yang terdampak kasus keracunan.
“(Evaluasi) tidak hanya di tempat yang terjadi, tetapi di seluruh SPPG,” kata Zulhas.
Baca juga: Bos BGN Lapor ke Presiden Prabowo Penyebab Kasus Keracunan MBG
Lebih lanjut, Zulhas juga mewajibkan kepada SPPG untuk mensterilisasi seluruh alat makan, termasuk memperbaiki proses sanitasi, khususnya terkait kualitas air dan alur limbah.
“Semua dievaluasi dan diinvestigasi,” tegasnya.
Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) melaporkan pada periode 6 Januari hingga 31 Juli 2025, terbentuk 2.391 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dengan 24 kasus kejadian.
Sementara, pada 1 Agustus hingga 27 September 2025 bertambah 7.244 SPPG dengan 47 kasus kejadian.
“Data menunjukkan bahwa kasus banyak dialami oleh SPPG yang baru beroperasi karena Sumber Daya Manusia (SDM) masih membutuhkan jam terbang,” ujar Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana.
Baca juga: Banyak Siswa Keracunan MBG, Pimpinan Komisi IX DPR: Setop Penambahan Dapur Baru!
Dia menambahkan, faktor lain yang turut memicu insiden tersebut adalah kualitas bahan baku, kondisi air, serta pelanggaran Standar Operasional Prosedur (SOP). (*)
Editor: Yulian Saputra










