Jakarta – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) masih berada dalam jalur agresif. Perusahaan memiliki sejumlah rencana pengembangan bisnis melalui jalur anorganik.
“Ada 10 inisiatif rencana anorganik yang tengah kami evaluasi,” kata Digital and Strategic Portofolio Telkom, David Bangun, Senin, di Jakarta, Senin, 7 Agustus 2017.
Ia mengatakan, ekspansi itu nantinya berujung pada skema merger & acquisition (M&A). Lebih spesifik, teknis M&A tersebut nantinya bakal dilakukan melalui pasar modal. Bisa dengan menyerap emisi initial public offering (IPO) atau backdoor listing.
Telkom sendiri berencana melakukan merger atau akuisisi atas sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi dan penunjangnya seperti e-commerce, fintech, perusahaan menara dan lainnya.
Namun, manajemen belum bisa memberikan detil perusahaan mana yang bakal dibidik. Namun bidikan prioritas ada di perusahaan menara.
“Soalnya, bisnis menara itu yang paling strategis,” jelasnya.
Terkait soal pendanaan, Telkom juga belum bisa memberikan angka yang pasti. Sebab, pendanaan untuk ekspansi anorganik itu nantinya tergantung dengan nilai merger atau akuisisi.
Ini mengapa dana ekspansi anorganik Telkom berada diluar anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini yang sebesar Rp26,7 triliun hingga Rp29 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp16,7 triliun sudah terserap selama paruh waktu tahun ini.
“Kalau biayanya (M&A) terlalu besar, baru kami akan mencari lagi melalui debt market,” tambah Direktur Keuangan Telkom
Harry M. Zen, pada kesempatan yang sama.
Sekedar informasi, Telkom masih memiliki kas per Juni 2017 Rp19,07 triliun. Belum lagi kas dalam bentuk lain yang bisa di-leverage oleh instrumen pinjaman.
Harry menambahkan, semester II ini manajemen bakal realisasi rencana ekspansi anorganik tersebut. Kelarnya kapan, manajemen belum bisa memberikan timeline mengingat proses M&A sangat dinamis sehingga juga mempengaruhi waktu penyelesaiannya. (*)