Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa tekanan inflasi terus menurun dan mendukung stabilitas perekonomian. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) secara bulanan tercatat 0,18% mtm, lebih rendah dari pola historisnya di periode awal bulan Ramadan.
“Sehingga secara tahunan turun dari level bulan sebelumnya sebesar 5,47% yoy menjadi 4,97% yoy,” ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam RDG, dikutip, Jumat, 21 April 2023.
Menurut Perry, penurunan inflasi terjadi di semua kelompok, yaitu inti, volatile food, dan administered prices. Inflasi inti Maret 2023 terus melambat dari 3,09% yoy menjadi 2,94% yoy.
“Dipengaruhi ekspektasi inflasi dan tekanan imported inflation yang menurun serta pasokan agregat yang memadai dalam merespons kenaikan permintaan barang dan jasa,” jelas Perry.
Sementara itu, inflasi volatile food turun dari 7,62% yoy pada Februari 2023 menjadi 5,83% yoy. Tekanan inflasi yang terus menurun tersebut dipengaruhi oleh dampak positif kebijakan moneter Bank Indonesia yang pre-emptive dan forward looking.
“Selain itu, juga dipengaruhi dengan sinergi yang erat dalam pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam TPIP dan TPID melalui penguatan GNPIP di berbagai daerah,” pungkasnya.
Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi inti akan tetap terkendali dalam kisaran 3,0±1% di sisa tahun 2023 dan inflasi IHK dapat kembali ke dalam sasaran 3,0±1% lebih awal dari prakiraan sebelumnya.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam pengendalian inflasi,” kata Perry. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra