Devi Attamimi, Group CEO Hakuhodo International Indonesia dan Rian Prabana, Senior Director of Strategy Hakuhodo International Indonesia & Head of Sei-katsu-sha Lab. (Foto: Istimewa)
Poin Penting
Jakarta – Hakuhodo International Indonesia melalui Sei-katsu-sha Lab merilis hasil studi terbaru berjudul “Navigating the In Between – Living as Indonesian Middle Class”.
Studi tersebut menunjukkan bahwa kelas menengah Indonesia kini beradaptasi dan menjadi lebih realistis menghadapi tantangan ekonomi.
Kondisi ekonomi sulit dan ketidakpastian menjadi faktor utama yang mengubah cara pandang kelas menengah terhadap hidup.
Mereka merasa perlu tumbuh menjadi lebih bijak dan realistis, menjadi apa yang disebut sebagai The Grown Up Middle.
Baca juga: Breaking! Ekonomi RI Tumbuh 5,04 Persen di Kuartal III 2025
Lebih rinci, studi ini memperlihatkan tiga dimensi utama perubahan kelas menengah.
Pertama, pandangan terhadap kehidupan (value of life), dari penuh mimpi menjadi realistis.
Studi sama pada 2015 menunjukkan bahwa kelas menengah berlomba-lomba untuk naik tangga sosial ekonomi.
Kini, mereka lebih realistis menghadapi kenyataan. Tapi tidak mudah menyerah dan mempunyai kemampuan beradaptasi.
Mereka tidak lagi mengejar validasi, tapi lebih mencari ketenangan dan keseimbangan hidup.
Prioritas diri bergeser dari look good menjadi feel good. Selain itu, komunitas kini mengambil peran sebagai penopang stabilitas hidup. Komunitas menjadi wujud baru “social insurance”.
Baca juga: Jumlahnya Tergerus, Pemerintah Tegaskan Tidak Meninggalkan Kelas Menengah
Kedua, pandangan kelas menengah terhadap kesuksesan (value on success) mengalami pergeseran dari proving to improving.
Kesuksesan tidak lagi diukur dari kekayaan atau finansial semata, tapi mengutamakan kemampuan diri untuk bisa bertahan dan berkembang, serta mampu menjaga martabat dan rasa percaya diri dalam menghadapi situasi yang sulit dan tidak menentu.
Ketiga, pandangan terhadap pola konsumsi atau value on consumption, berubah dari konsumsi untuk flexing menjadi konsumsi untuk feeling good. Kelompok ini tidak lagi belanja untuk memperlihatkan kelas atau status.
Belanja kini mempunyai fungsi yang penting dalam bertahan di tengah ketidakpastian.
Baca juga: Jumlahnya Tergerus, Pemerintah Tegaskan Tidak Meninggalkan Kelas Menengah
Devi Attamimi, Group CEO Hakuhodo International Indonesia, mengatakan dunia yang bergerak tanpa henti menuntut kita semua beradaptasi, termasuk kelas menengah yang berada di tengah pusaran perubahan.
Mereka membawa mimpi untuk menopang kemajuan Indonesia. Tapi di sisi lain menanggung tekanan.
“Di Sei-katsu-sha Lab kami mempelajari manusia bukan sebagai tren, melainkan sebagai kisah hidup yang terus berkembang. Dan bagi para pelaku industri pemasaran, peran kita adalah mendengarkan, memahami, dan membangun hubungan yang membuat hidup terasa lebih bermakna,” paparnya kepada awak media di Jakarta, Rabu, 5 November 2025.
Pelaku industri pemasaran didorong untuk melihat perspektif baru dalam pendekatan terhadap kelas menengah. Brand bisa mengambil peran dalam kehidupan kelas menengah dengan muncul dalam keseharian mereka.
Baca juga: Masyarakat Kelas Menengah Makin “Turun Kasta”, Ini Solusi dari ISEI
Pada kesempatan sama, Rian Prabana, Senior Director of Strategy Hakuhodo International Indonesia & Head of Sei-katsu-sha Lab, mengatakan, hasil studi ini memberikan warna dan perspektif baru tentang Kelas menengah di mana mereka terus tumbuh, tanpa kita sadari. Mereka tidak lagi sekadar mencari aspirasi, tetapi mencari keseimbangan.
“Brand perlu memahami sisi emosional ini yang sering tidak tergambarkan oleh angka statistik. Dengan membawa pandangan baru ini, Marketers dapat membangun hubungan yang lebih relevan dan memberikan peran penting dalam pertumbuhan mereka,” tambah Rian.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, jumlah kelas menengah di Indonesia menyusut dari 57,3 juta menjadi 47,85 juta orang pada 2024. Padahal, kelas menengah memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia.
BPS mencatat, kombinasi segmen ‘kelas menengah’ (middle class) dan segmen ‘menuju ke kelas menengah’ (aspiring middle class), mencakup 66,35 persen dari total populasi. Kelompok ini berkontribusi sebesar 81,49 persen terhadap konsumsi domestik Indonesia. (*) Ari Astriawan
Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More
Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More
Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More
Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More
Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More
Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More