oleh Mikail Arkana
Penulis adalah Pengamat Perbankan
BISIK-BISIK pergantian direksi BRI terus berembus sejak minggu lalu. Pasalnya, 18 Oktober 2017, BRI mengadakan RUPSLB yang salah satu agendanya perubahan pengurus. Jujur pengurus bisa jadi direksi dan komisaris. Pergantian pengurus adalah hak pemegang saham, dalam hal ini Kementerian BUMN yang memegang saham merah putih.
Kabar pergantian pengurus hangat diperbincangkan, maklum saja BRI bank terbesar peraih laba di antara bank-bank di Indonesia dengan aset juga paling besar menembus Rp1.000 triliun. Pesona BRI menarik semua orang, bahkan para relawan dan yang mengaku relawan Jokowi pun dikabarkan juga hendak merapat menjadi komisaris. Gaji besar dan tantiem super besar jadi rebutan banyak pihak.
Apakah benar terjadi pergantian pengurus, khususnya direksi? Sepekan infobank menelusuri belum terdengar ada kabar pergantian direksi. Pihak Kementerian tidak menyebut ada pergantian direksi, karena direksi masih baru. Tapi, siapa yang berani memastikan dalam situasi menjelang Pemilu tidak ada deal deal dengan calon baru.
Bisa jadi, selain direksinya baru dan belum ada yang habis masa tugasnya, saat ini BRI tak ada masalah, dan sedang menuju transformasi ke digital banking. Tidak ada alasan terjadi pergantian direksi BRI. Bisa jadi RUPSLB BRI besok hanya menetapkan posisi BRI sesuai dengan tanggung jawabnya atau bisa disebut nomenklatur. Jumlah direksi BRI ada 11 orang yang dipimpin oleh Suprajarto sebagai Dirut yang baru saja dilantak tahun ini. Masa tugas direksi masih panjang dan belum ada yang injury time bahkan masih baru.
Namun, kemungkinan paling besar terjadi perubahan adalah susunan komisaris yang selama ini BRI terkesan titipan dari partai dan tidak ada yang berasal dari perbankan. Kalau toh ada itu karena dorongan dari partai pendukung pemerintah. (Bersambung ke halaman berikutnya)