Oleh Togi B. Girsang, Praktisi Manajemen Risiko, Tata Kelola, dan Kepatuhan
DI sebuah ruko kecil, di Jalan Bambu, Medan Timur, saya menemukan makanan tradisional yang dimasak seorang ibu dengan pengalaman memasak puluhan tahun. Makanan yang dimaksud adalah kolak pisang. Kolak pisang ini diracik dengan kombinasi pisang kepok, santan, gula merah, air, daun pandan, dan bumbu spesial tentunya.
Singkat cerita, setiap kali kolak itu dituangkan ke dalam mangkuk, kuahnya selalu terlalu penuh. Alhasil, setiap pramusaji mengentakkan kaki saat membawa kolak selalu menghasilkan guncangan sehingga saat dihidangkan selalu ada tumpahan kuah ke tatakan, bahkan tidak jarang menetes ke lantai.
Pengalaman ini memang terlihat sepele untuk dibahas. Namun, faktanya, kekeliruan ini dianggap hal yang biasa-biasa saja sehingga lebih dipilih diabaikan daripada diperhatikan.
Tone at the top! Itulah sinyal kuat yang dipegang kuat di setiap kepemimpinan. Wajah organisasi ditentukan oleh seberapa besar komitmen pimpinan menjalankan mimpi besar. Keberhasilan mencapai mimpi selalu sejalan dengan “tone” yang dibunyikan dari pucuk pimpinan. Kecil kemungkinan ketercapaian akan diraih jika role model tidak mampu mewujudnyatakannya dalam tindakan konkret.
Baca juga: Manajemen Risiko: Apakah Tingkat Kesehatan Kategori Sedang Memang Baik-Baik Saja?
Makin teriris rasa ini ketika ternyata kita makin tidak sensitif dan bahkan abai melihat kenyataan pahit ini.
Setidaknya ada tujuh isu penting yang terus berlari-lari tanpa ujung di dalam logika penulis dan kesemuanya itu bermuara pada pertanyaan besar. Apakah governance, risk management, dan compliance telah sungguh-sugguh diwujudkan?
Polusi
Percayakah Anda bahwa kendaraan bermotor bukanlah penyebab utama tingginya polusi udara di Jakarta dan sekitarnya? Apakah kita benar-benar tidak tahu apa penyebab kabut polusi dari dini hari ke dini hari setiap hari?
Harga Barang-Barang
Tahun 2021, di sebuah kantin kantor, minuman es jeruk dihargai Rp5.000. Dalam tiga tahun, harga es jeruk melambung menjadi Rp15.000. Apakah angka inflasi memang tidak kongruen dengan kenaikan harga es jeruk tersebut?
Harga Saham
Saat ini, harga saham beberapa perusahaan besar anjlok cukup menyedihkan. Termasuk saham-saham yang dianggap stabil dan aman? Benarkah kita sama-sama tidak tahu penyebab dan tidak punya solusinya?
Fluktuasi Rupiah
Beberapa minggu terakhir, rupiah bergejolak cukup mengagetkan. Namun, fluktuasi ini cenderung “ditenangkan” dengan cara yang belum fundamental dan seolah-olah rupiah baik-baik saja. Padahal, rupiah masih saja grogi alias demam panggung.
Jalanan Macet Artinya Membuang Triliunan Rupiah.
Pada 2021, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) telah menginformasikan bahwa dari enam kota metropolitan, bahan bakar minyak (BBM) yang terbuang percuma akibat kemacetan mencapai Rp71,4 triliun per tahun. Dengan data tambahan, tentu kita dapat menghitung seberapa besar subsidi BBM yang ikut menguap.
Bagi sesama pengguna jalan tol, tentu saja kita tahu betul bahwa penyebab kemacetan di jalan tol salah satunya adalah adanya kelompok kendaraan yang konsisten melaju di bawah 60 km/jam walaupun lalu lintas lengang. Bahkan, mayoritas dari kelompok ini hanya memacu kendaraan dalam kecepatan 20-30 km/jam.
Apa memang sangat sulit menemukan cara yang efektif untuk menertibkan situasi ini? Jika mundur ke 2009, sepertinya adalah hal yang mustahil jika harus membereskan kesemrawutan transportasi jenis kereta api ketika itu. Tapi, ternyata sosok seperti Jonan (mantan Direktur KAI) mampu melakukannya. Dia hadir dan berhasil membalikkan sesuatu yang sepertinya tidak mungkin menjadi mungkin. Dan, sekarang sudah 2024. Apakah belum juga ada solusi atau memang belum terpikirkan untuk mengatasinya.
Baca juga: Berkat Pengelolaan GCG Terbaik, Tugu Insurance Kembali Raih Indonesia Excellence GCG Awards 2024
Plastik Hilang, Kertas Tumbuh
Sudah beberapa tahun terakhir, supermarket maupun minimarket tidak lagi menyediakan plastik. Alasannya untuk menurunkan penggunaan bahan yang tidak ramah lingkungan, yang juga dapat menurunkan anggaran biaya pengadaan plastik bungkusan belanjaan pembelinya.
Kini, hal yang kontra datang dari kasir. Kita sering mendapatkan tambahan lembaran kertas tercetak kode yang dipergunakan untuk scanning pembayaran. Apakah ada yang pernah menghitung, berapa kasir dan berapa transaksi yang membutuhkan tambahan kertas ini? Apakah memang tidak ada peningkatan signifikan untuk kebutuhan kertas? Atau, apakah kertas dapat direproduksi dengan cepat dan ramah lingkungan?
Gaji Naik, Biaya Naik
Selama biaya hidup terus bertambah mahal, maka setiap kenaikan penghasilan berapa pun akan selalu tidak cukup. Jadi, apakah kebijakan menaikkan UMR secara berkala lebih efektif ketimbang mengendalikan dan mengupayakan harga barang-barang kebutuhan sehari-hari relatif stabil?
Dari cerita paragraf pertama, tatakan kolak sanggup menutupi dua kesalahan, yaitu jurutama masak (kuah yang dituang berlebihan) dan pramusaji (kuah dibiarkan berlebihan dan penyajian dengan guncangan).
Jadi, tata kelola itu bukanlah tatakan kolak yang berfungsi sebagai tempat menampung dan menutupi kesalahan.
Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus berkomitmen mendukung pengembangan sektor pariwisata berkelanjutan… Read More
Tangerang - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) meluncurkan program… Read More
Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa data perdagangan saham selama periode 16-20… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat di minggu ketiga Desember 2024, aliran modal asing keluar… Read More
Jakarta - PT Asuransi BRI Life meyakini bisnis asuransi jiwa akan tetap tumbuh positif pada… Read More
Jakarta - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengisyaratkan rencana untuk mengakhiri konflik yang berlangsung… Read More