Ilustrasi: Investasi pasar modal. (Foto: istimewa)
Jakarta – Chief Investment Officer Allianz Indonesia Ni Made Daryanti memproyeksikan, sepanjang tahun 2025 masih akan diwarnai sejumlah tantangan eksternal yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi. Beberapa di antaranya adalah kebijakan tarif dagang dan pemotongan pajak oleh Presiden Donald Trump yang dapat mendorong inflasi di Amerika Serikat (AS).
“Ini dapat memperlambat pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Selain itu, pelemahan ekonomi Tiongkok dan ketegangan geopolitik turut menjadi faktor penghambat,” katanya, dikutip Jumat, 25 April 2025.
Meski begitu, Allianz Indonesia tetap optimistis bahwa dalam berbagai kondisi ekonomi, masih terdapat peluang investasi yang mampu memberikan imbal hasil optimal. Kebijakan tarif Trump pun dinilai berpotensi memicu volatilitas di pasar saham dan obligasi.
Baca juga: Gercep Pembentukan Kopdes Merah Putih, Malang Siap Legalkan Ratusan Koperasi
“Allianz Indonesia terus memantau dampak kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi dan pasar modal Indonesia dengan tetap menerapkan pendekatan fundamental, strategi yang dinamis dan mengutamakan prinsip kehati hatian dalam pengelolaan risiko,” jelasnya.
Lebih lanjut, Made menyampaikan bahwa dinamika global juga bisa memengaruhi kondisi ekonomi domestik dan pasar modal nasional.
Namun, menurutnya, sebagai pelaku industri keuangan yang telah melalui berbagai siklus ekonomi, Allianz Indonesia melihat bisnis asuransi jiwa tetap dibutuhkan masyarakat sebagai bentuk perlindungan finansial.
Sebagai contoh, perlindungan terhadap risiko penyakit kritis, biaya perawatan rumah sakit, serta risiko meninggalnya pencari nafkah perlu dilihat dari perspektif through the cycle atau jangka panjang.
Baca juga : Allianz Indonesia Bagikan Tips Atur Keuangan di Tahun Ular Kayu
Dalam jangka pendek, Allianz Indonesia mencermati bahwa gejolak pasar dapat berdampak pada nilai pasar aset investasi di asuransi jiwa, terutama produk-produk berbasis investasi seperti unit link.
Fluktuasi nilai tukar dan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga dinilai bisa memengaruhi kinerja dana investasi nasabah.
Untuk itu, perusahaan mengimbau nasabah agar tidak melupakan fungsi proteksi jangka panjang, meski ada fluktuasi jangka pendek di pasar.
Situasi saat ini juga dapat menjadi peluang bagi nasabah untuk melakukan top-up pada dana investasinya. Dengan demikian, mereka dapat memperoleh manfaat saat pasar pulih kembali.
“Allianz Indonesia senantiasa mengajak nasabah untuk meninjau secara berkala tujuan investasi, jangka waktu, toleransi risiko, serta alokasi aset sesuai dengan profil risiko,” ujarnya.
“Jika dibutuhkan, nasabah dapat mempertimbangkan untuk menyesuaikan alokasi pada pembayaran premi berikutnya pada strategi yang memiliki volatilitas yang lebih rendah untuk menjaga stabilitas portfolio dalam memenuhi pemotongan unit untuk pembayaran biaya asuransi,” pungkasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More
Bank Muamalat memberikan layanan “Pusat Bantuan” Muamalat DIN. Selain untuk pembayaran, pembelian, atau transfer, nasabah… Read More
Poin Penting Paramount Land menghadirkan Indica Grande sebagai kawasan komersial baru seluas 1,4 hektare untuk… Read More
Poin Penting UMP DKI Jakarta 2026 resmi naik 6,17 persen menjadi Rp5.729.876, atau bertambah Rp333.115… Read More
Poin Penting PLN mengantisipasi lonjakan pemudik EV saat Nataru 2025/2026, dengan proyeksi pengguna mobil listrik… Read More
Poin Penting Komisi VII DPR RI mendesak pemerintah segera menerbitkan aturan turunan penghapusan KUR, menindaklanjuti… Read More