Tantangan Indonesia Tingkatkan Aset Keuangan Syariah

Tantangan Indonesia Tingkatkan Aset Keuangan Syariah

Jakarta – Chief Financial Officer Prudential Syariah Paul Kartono mengungkapkan, Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbesar masih terbilang kecil dari segi aset keuangan syariah. Ada beberapa tantangan dalam mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air.

“Kalau kita bandingkan dengan Malaysia saja Malaysia itu jumlah penduduk muslimnya seperlima dari Indonesia mereka 40 juta, kita ada 250 juta tetapi aset keuangan syariahnya mereka lebih besar,” kata Paul dalam seminar bertajuk “Menuju Pusat Industri Halal Dunia: Prospek dan Tantangan Ekonomi dan Keuangan Syariah” yang diselenggarakan oleh KNEKS bekerjasama dengan Infobank, di Jakarta, Kamis, 24 November 2022.

Menurutnya, tantangan yang masih harus dihadapi oleh Indonesia untuk mengembangkan keuangan syariah yakni pertama terkait dengan literasi sistem keuangan syariah yang berbeda dengan sistem keuangan konvensional. Pasalnya, para praktisi dari sistem keuangan syariah masih membandingkan untuk menawarkan produknya dengan konvensional tapi tidak menjelaskan secara keseluruhan mengenai sistem syariah.

“Itu yang menurut saya adalah tantangan terbesar padahal sebenarnya kalau kita melakukan literasi syariah secara langsung itu dampaknya akan lebih baik. Sebagai contoh bahwa pada saat menjual produk asuransi pada saat orang menjual asuransi yang ditawarkan adalah manajemen risiko asuransi sama dengan payung setelah Jelaskan baru belakangan menjelaskan ada yang versi syariah, itu akan menjadi hambatan,” jelasnya.

Kedua, sumber daya manusia (SDM) keuangan syariah yang sebagian besar berasal dari konvensional dan understanding terhadap konsep keuangan syariah itu sendiri jumlah sumber dayanya masih sangat terbatas. Lalu, ketiga, regulasi dan perpajakan, di perpajakan masih melihat bahwa surplus underwriting di asuransi syariah merupakan dividen.

“Ini yang kita masih terus bersama-sama dibantu dengan OJK juga bagaimana kita bisa menembus halangan ini,” ungkap Paul.

Keempat, ekosistem pendukung, bagaimana keuangan syariah bisa bekerja sama antar semua industri, baik industri halal, keuangan syariah, keuangan konvensional, maupun non keuangan bagaimana bisa saling mendukung.

“Karena menurut saya itu juga yang jadi kunci jadi kalau kita lihat bahwa asuransi itu memerlukan kerjasama dengan rumah sakit, kemudian asuransi pendidikan dan dilihat dari NU (Nahdlatul Ulama) dan Muhammadiah mereka juga udah punya sekolah-sekolah, rumah sakit dan pesantren itu yang menurut saya bisa kerjasamakan,” jelasnya.

Sebagai informasi, berdasarkan data dari OJK menunjukan hingga Agustus 2022 total aset keuangan syariah RI sebesar Rp2.200 triliun. (*) Irawati

Related Posts

News Update

Top News