Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, guna menjaga APBN 2020, Pemerintah sedang mempersiapkan kerjasama untuk kembali menarik utang dari lembaga internasional demi menutup defisit APBN 2020.
Hal itu disampaikan Perry Warjiyo dalam rapat virtual dengan Komisi XI DPR RI. Dalam kesempatan tersebut ia menyampaikan bahwa kebijakan otoritas moneter yang diperkenankan masuk dan membeli obligasi pemerintah melalui pasar perdana hanya akan dilakukan dalam kondisi abnormal atau mendesak.
“Kemarin investor teleconfrence ada juga dari Asian Internasional Infra Bank, ADB, Bank Dunia, Jerman, AIIB itu direncanakan bisa kurang lebih US$7 miliar. Itu yang sumber-sumber memang dimaksimalkan oleh pemerintah,” kata Perry saat melakukan rapat kerja virtual dengan Komisi XI DPR RI, Rabu 8 April 2020.
Perry menambahkan, pemerintah juga bakal menerbitkan surat utang dalam bentuk Global Bond senilai US$4,3 miliar, yang terdiri dari tiga seri. Salah satu serinya bahkan memiliki tenor hingga 50 tahun dimana itu merupakan tenor terlama yang pernah diterbitkan Indonesia maupun negara-negara di Asia.
Perry optimis seluruh dana tersebut dapat menutup devisit APBN. Sebagai informasi saja, menurut skema terburuk Pemerintah dari dampak COVID19, pertumbuhan ekonomi RI diperkirakan hanya tumbuh 2,3% hingga akhir tahun. Hal tersebut membuat penerimaan negara hanya mencapai Rp1.760,9 triliun atau 78,9% dari target APBN 2020 yang sebesar Rp2.233,2 triliun.
Sementara dari sisi belanja negara diperkirakan masih akan mengalami lonjakan dari target APBN 2020 yang sebesar Rp2.540,4 triliun menjadi Rp2.613,8 triliun. Hal ini tentunya menyebabkan defisit APBN yang tahun ini ditargetkan sebesar 1,76% dari PDB atau sebesar Rp 307,2 triliun melebar menjadi Rp853 triliun atau 5,07% dari PDB. (*)
Editor: Rezkiana Np