Jakarta – Bank Indonesia (BI) melakukan ekspansi likuiditas melalui penurunan posisi instrumen moneter Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dari Rp916,97 triliun pada awal 2025 menjadi Rp716,62 triliun pada 15 September 2025.
“SRBI turun Rp200 triliun dari Rp916,97 triliun menjadi Rp716,62 triliun,” kata Perry Warjiyo, Gubernur BI dalam Konferensi Pers RDG, dikutip, Kamis, 18 September 2025.
Selain itu, BI membeli SBN sebagai bentuk sinergi erat antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal, yang hingga 16 September 2025 mencapai Rp217,10 triliun. Ini termasuk pembelian di pasar sekunder dan program debt switching dengan pemerintah sebesar Rp160,07 triliun.
Baca juga: Bos BI Ungkap Alasan Suku Bunga Kredit dan Deposito Lambat Turun
Perry menyebut, pembelian SBN di pasar sekunder dilakukan sesuai mekanisme pasar, terukur, transparan, dan konsisten dengan program moneter dalam menjaga stabilitas perekonomian sehingga dapat terus menjaga kredibilitas kebijakan moneter.
“Kebijakan moneter juga didukung oleh kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dan akselerasi digitalisasi sistem pembayaran guna mendorong pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.
Perry menjelaskan, bauran kebijakan BI terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas perekonomian.
Baca juga: Bos BI Perkirakan Ekonomi RI 2025 Tumbuh 4,6-5,4 Persen
Adapun kebijakan moneter ditempuh melalui penurunan suku bunga BI Rate, stabilisasi nilai tukar Rupiah, dan ekspansi likuiditas moneter, BI Rate telah turun sebesar 125 bps sejak September 2024 menjadi 5 persen, yang merupakan level terendah sejak tahun 2022.
“Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah terus diperkuat dengan intervensi di pasar off-shore melalui NDF dan intervensi di pasar domestik melalui pasar spot, DNDF, serta pembelian SBN di pasar sekunder,” ujarnya. (*)
Editor: Galih Pratama










