Jakarta — Ketidakpastian ekonomi dan kondisi pasar yang sedang melambat diprediksi akan berimbas pada bisnis tren advertising 2019. Disrupsi digital juga menuntut pelaku industri periklanan mengubah business model. Belanja iklan di televisi nasional dan platform digital akan makin besar 2-3 tahun ke depan.
“Televisi dan platform digital akan menyedot belanja iklan yang besar di saat platform lain stagnan. Kondisi geografis Indonesia membuat televisi nasional menjadi platform yang punya jangkauan ke semua daerah. Dua platform ini akan tumbuh kuat,” kata Maya Watono yang per Januari 2019 mengemban amanah sebagai CEO Dentsu Aegis Network (DAN) Indonesia, di Jakarta, Kamis, 13 Desember 2018.
Maya mengatakan, pada 2019, Indonesia juga akan menghadapi hajatan politik besar, yakni pemilihan legislatif dan pemilihan presiden. Situasi politik selama periode kampanye, akan menjadi pertimbangan bagi para pemasang iklan untuk tetap beriklan atau cenderung wait and see.
Baca juga: Pendapatan Iklan TV Turun Drastis
“Kondisi akhir tahun 2018 bisa menjadi gambaran. Ketika situasi ekonomi kurang baik bagi industri, yang ditandai meroketnya nilai tukar dolar Amerika, belanja iklan terkena dampaknya. Belanja iklan 2018, menurut Nielsen sampai dengan Oktober 2018, hanya bertumbuh 4%,” jelas Maya.
Berdasarkan data Nielsen, hingg September 2018, pertumbuhan belanja iklan menunjukkan tren positif di angka 5% dengan total belanja iklan sampai Rp114,4 triliun. Dari sisi internal, perkembangan zaman menuntut perusahaan periklanan bertransformasi. Di DAN Indonesia, Maya akan mendigitalisasi SDM, proses bisnis, dan klien. SDM merupakan ujung tombak perusahaan periklanan dan harus diberikan senjata-senjata anyar guna memperkuat daya saing perusahaan.
“Digitalisasi jadi prioritas kami. Goal yang ingi dicapai DAN Indonesia, kami akan lebih fokus ke klien, dan menjalin hubungan yang lebih baik dengan business partner,” pungkasnya. (Ari A)