Jakarta – Pemerintah menargetkan asumsi nilai tukar rupiah di level Rp13.300 per US$ dalam ekonomi makro tahun 2017 (RAPBN). Menurut Bank Indonesia (BI) asumsi rupiah tersebut bisa tercapai jika pemerintah konsisten membangun sustainabilitas fiskal yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih positif.
Demikian pernyataan tersebut seperti disampaikan oleh Gubernur BI, Agus DW Martowardojo, di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa, 16 Agustus 2016. Dia menilai, asumsi rupiah terhadap dollar AS yang tertuang di RAPBN 2017 di level Rp13.300 masih sejalan dengan perkiraan yang disampaikan BI yakni di kisaran Rp13.300-13.600.
“Kami menyambut baik apa yang disampaikan pemerintah. Tetapi, penekanan-penekanannya adalah membangun fiskal yang sustainable,” ujar Agus Marto.
Lebih lanjut dia menjelaskan, asumsi rupiah dalam RAPBN 2017 yang sebesar Rp13.300 merupakan target yang masih realistis dengan tren perbaikan ekonomi domestik dan dinamika global. “Kalau range-nya Rp13.300 itu menurut kami masih dalam range yang bisa diterima. Itu kan rata-rata setahun,” tukasnya.
Agus Marto menambahkan, saat ini pergerakan apresiasi rupiah juga masih sejalan dengan tren menciutnya defisit neraca transaksi berjalan. “Kalau di 2016 current account deficit akan sebesar 2,5% terhadap PDB. Kalau 2017 itu akan 2,41%,” paparnya.
Sementara itu, kata dia, asumsi pertumbuhan ekonomi di RAPBN 2017 yang dipatok sebesar 5,3% dianggap masih cukup konservatif. “Tentu yang akan banyak berperan adalah seberapa sukses kita di kebijakan tax amnesty,” ucap Agus Marto.
Dirinya memperkirakan, dana repatriasi dari kebijakan amnesti pajak (pengampunan pajak) akan banyak masuk pada Kuartal IV-2016 hingga kuartal pertama tahun depan. “Dana yang masuk itu akan cukup membantu pertumbuhan ekonomi,” tututup Agus Marto. (*)
Editor : Apriyani K