Surabaya – Sampai dengan Agustus 2019, PT Surveyor Indonesia (persero) sudah membukukan pendapatan sebesar Rp842 miliar dengan laba sebelum pajak mencapai Rp130 miliar. Pada tutup tahun 2019, Surveyor Indonesia optimis pendapatan usaha akan melampaui target yang ditetapkan dalam RKAP, yakni sebesar Rp1,3 triliun.
“Kalau dilihat dari potensi pendapatan, awal Oktober dan November nanti Insya Allah terjadi peningkatan drastis. Kami optimis bisa melampui target. Perkiraannya bisa tembus Rp1,4 triliun hingga Desember 2019,” terang Direktur Utama Surveyor Indonesia Dian M. Noer di Surabaya, Kamis, 26 September 2019.
Kontribusi terbesar terhadap pendapatan Surveyor Indonesia berasal dari sektor minyak dan gas (migas) serta mineral dan batubara (minerba). Kontribusi sektor migas mencapai 39%, atau sekitar Rp328,38 miliar. Kemudian sektor minerba sebesar 25% atau sekitar Rp210,5 miliar.
Sedangkan sektor penguatan institusi dan kelembagaan (PIK) berkontribusi sebesar 23% (Rp193,66 milar), dan sektor infrastruktur sebesar 13% atau sekira Rp109,46 miliar.
BUMN yang bergerak di bidang pemberian jaminan kepastian (independent assurance) ini terus menguatkan sinergi antarBUMN demi menghasilkan kontrak-kontrak baru. Perseroan juga tengah menjajaki berbagai peluang bisnis baru saat ini, Surveyor Indonesia juga mulai merambah pasar ASEAN, yakni lewat kerjasama dengan Hang Long Cement di Vietnam untuk inspeksi bahan baku kebutuhan produksi semen.
“Kami juga terus melakukan transformasi, termasuk digitalisasi untuk meningkatkan kinerja. Persaingan makin ketat, kita tidak boleh merasa nyaman, tapi harus terus berinovasi,” tegas Dian. (*) Ari As
Editor: Rezkiana Np