Jakarta – Survei yang digelar oleh Visa mengungkapkan bahwa layanan perbankan virtual semakin populer di Indonesia. Sebanyak 85% konsumen mengetahui dan mengaku tertarik untuk membuka rekening bank virtual, berdasarkan survei Visa Consumer Payment Attitudes Study .
Studi tahunan ini, menunjukkan minat terhadap perbankan virtual didominasi oleh Gen Y atau milenial (89%). Hampir setengah dari mereka sudah memiliki rekening bank virtual, dengan layanan yang paling dicari dari bank virtual adalah transfer uang (76%), pembayaran tagihan (72%), serta setor tunai dan penarikan (66%).
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia paling tertarik membuka rekening bank virtual di bank tradisional yang mulai menawarkan layanan perbankan virtual (92%), selanjutnya di perusahaan terkenal yang sebelumnya tidak bergerak di ranah layanan keuangan (83%), dan di perusahaan startup yang baru (68%).
“Pandemi telah mengakselerasi kebutuhan akan layanan perbankan virtual 24/7 yang lebih cepat dan lebih andal, di mana transaksi dapat dilakukan dan diverifikasi cukup dengan beberapa klik di gawai konsumen. Bank virtual memiliki keunggulan berupa kemudahan akses dan kenyamanan, di mana nasabah dapat membuka rekening bank virtual hanya dengan kartu identitas mereka secara mobile,” jelas Riko Abdurrahman, Presiden Direktur Visa pada keketerangannya dikutip 24 Februari 2022.
Adapun preferensi konsumen terbagi rata menggunakan bank tradisional atau bank virtual sebagai penyedia layanan perbankan utama mereka, yaitu sebanyak 51% berbanding 49%. Berdasarkan studi Visa ini, bank virtual dianggap lebih andal dengan fitur perbankan 24 jam (39%), lebih nyaman dalam hal pengalaman pengguna (37%), dan lebih praktis karena proses layanan yang sepenuhnya digital, termasuk pembukaan rekening hingga persetujuan pinjaman (34%). Sementara itu, bank tradisional dianggap lebih aman (23%) dan menawarkan layanan pelanggan yang lebih baik (21%).
Sekitar 4 dari 10 konsumen Indonesia melihat perbankan virtual sebagai perbankan yang lebih cepat, nyaman, dan lebih inovatif karena mereka tidak perlu repot mengunjungi kantor cabang atau menunggu antrian. Namun, keamanan menjadi alasan utama untuk tidak memilih bank virtual. Sekitar 5 dari 10 konsumen Indonesia percaya bahwa akun bank virtual memiliki peluang lebih tinggi untuk diretas (48%) dan lebih berisiko terhadap transaksi yang tidak sah atau penipuan (45%).
“Survei lebih lanjut menyoroti pentingnya industri untuk menyelaraskan faktor kenyamanan, kecepatan, dan pengalaman pengguna dengan privasi dan perlindungan keamanan yang kuat. Visa akan terus bekerja sama dengan mitra bank, penyedia layanan, dan pemangku kepentingan lainnya dalam menghadirkan solusi pembayaran yang paling inovatif, nyaman, dan aman bagi konsumen,” tambah Riko. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra