Jakarta – Amerika Serikat (AS) menutup akhir 2023 dengan catatan ekonomi positif. Negara Paman Sam tersebut membukukan pertumbuhan signifikan dari sisi ekonomi dan jumlah lapangan kerja. Sementara itu, tingkat inflasi berada pada titik terendah dalam tiga tahun berturut-turut.
“Secara keseluruhan, kinerjanya sangat baik. PDB meningkat. Kita tidak mengalami resesi seperti yang kita duga,” kata Ekonom Senior di The Conference Board Selcuk Eren seperti dinukil VOA Indonesia, Jumat, 26 Januari 2024.
“Pengangguran berada di bawah 4 persen selama 23 bulan berturut-turut hingga kini. Itu adalah rekor baru,” jelasnya.
Baca juga: Amerika dan China Memanas, RI Sebagai Mitra Dagang Harus Bagaimana?
Menariknya, meski angkat tersebut tampak baik namun hal ini kontras dengan hasil dari sebuah jajak pendapat Gallup yang diadakan pada Desember 2023.
Sebagian besar warga AS atau sebanyak 68 persen mengatakan bahwa perekonomian AS memburuk. Jajak pendapat tersebut menunjukkan empat dari lima orang dewasa di Amerika menilai kondisi ekonomi AS sebagai “buruk”.
Di mana, jumlahnya setara dengan 45 persen, dan mereka yang menilai “biasa saja” berjumlah 33 persen. Selain itu, hanya 19 persen masyarakat yang disurvei mengatakan kondisi perekonomian “baik”, sesuai dengan indikator ekonomi yang positif.
“Terkadang, orang tidak memikirkan hal itu. Mereka hanya memikirkan berapa banyak uang yang mereka keluarkan dari saku mereka, untuk belanja, sewa rumah, dan lainnya. Saya pikir itulah salah satu alasan mengapa kita tidak melihat dampak positif perekonomian dalam survei yang kami lakukan,” kata Eren.
“Pada waktu yang sama, inflasi benar-benar menyedihkan dan berdampak pada semua orang,” tambahnya.
Baca juga: Resesi AS Tak Akan Pengaruhi Ekonomi ASEAN, Ini Penjelasan Pengamat
Diketahui, jajak pendapat pada bulan Januari 2024 mendapati, 90 persen anggota Partai Republik, 74 persen anggota independen, dan 49 persen anggota Partai Demokrat, setuju bahwa perekonomian berada dalam kondisi buruk.
Jajak pendapat yang sama mendapati, hanya 31 persen masyarakat yang menyetujui cara Biden menangani perekonomian, sementara 56 persen lainnya tidak menyetujui langkah yang diambil oleh sang presiden. (*)