ILUSTRASI. BI proyeksikan penjualan eceran di Juli turun. (Foto: Istimewa)
Jakarta – Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan eceran diprakirakan mengalami kontraksi secara tahunan atau year on year (yoy). Tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2025 diprakirakan mencapai 231,1 atau terkontraksi 2,2 persen yoy, setelah tumbuh 5,5 persen yoy pada Maret 2025.
Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) Maret 2025 yang diterbitkan BI, sejumlah kelompok tercatat meningkat dan masih menopang penjualan eceran di April 2025, yaitu kelompok suku cadang dan aksesori sebesar 10,2 persen yoy dan bahan bakar kendaraan bermotor 4,1 persen yoy.
Adapun subkelompok sandang juga tetap tumbuh sebesar 6,4 persen yoy meski termoderasi dari bulan sebelumnya. Sementara itu, beberapa kelompok barang tercatat kontraksi, terutama kelompok peralatan informasi dan komunikasi -20,4 persen yoy, perlengkapan rumah tangga lainnya -11,3 persen yoy, dan makanan, minuman dan tembakau -1,7 persen yoy.
Baca juga: Survei BI: Indeks Keyakinan Konsumen Naik Tipis pada April 2025
“Perkembangan penjualan eceran pada periode laporan turut dipengaruhi oleh faktor base effect dari kinerja penjualan tahun sebelumnya, di mana periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri jatuh pada tanggal 9-10 April 2024,” tulis BI dalam laporannya, Rabu, 14 Mei 2025.
Secara bulanan, penjualan eceran pada April 2025 diprakirakan terkontraksi sebesar 6,9 persen month to month (mtm), dari sebelumnya tumbuh sebesar 13,6 persen mtm. Mayoritas kelompok barang tercatat turun dan berada pada fase kontraksi, terdalam pada kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya -10,6 persen mtm, makanan, minuman, dan tembakau -7,2 persen mtm, dan subkelompok sandang -9,1 persen mtm.
“Responden menginformasikan penurunan penjualan eceran dipengaruhi oleh normalisasi permintaan masyarakat seiring berakhinya periode Ramadan dan HBKN Idulfitri,” tulis BI.
Sementara itu, kelompok bahan bakar kendaraan bermotor menjadi satu-satunya kelompok yang tercatat mengalami perbaikan meski masih dalam fase kontraksi sebesar 0,8 persen mtm didukung oleh kelancaran distribusi.
Selanjutnya, realisasi penjualan eceran pada Maret 2025 meningkat baik secara tahunan maupun secara bulanan. Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2025 tercatat sebesar 248,3 atau secara tahunan tumbuh 5,5 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan 2,0 persen yoy pada Februari 2025.
Berdasarkan kelompok barang, peningkatan IPR didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau 6,8 persen yoy, kelompok barang budaya dan rekreasi 9,2 persen yoy, serta subkelompok sandang 12,4 persen yoy.
Secara bulanan, penjualan eceran pada Maret 2025 tumbuh sebesar 13,6 persen mtm, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,3 persen mtm. Peningkatan tersebut terjadi pada mayoritas kelompok barang, terutama kelompok makanan, minuman dan tembakau 15,1 persen mtm, kelompok barang budaya dan rekreasi 8,3 persen mtm, serta subkelompok sandang 35,7 persen mtm.
“Berdasarkan informasi responden, peningkatan kinerja penjualan didukung oleh permintaan masyarakat saat Ramadan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri yang jatuh pada 31 Maret – 1 April 2025, serta strategi retailer yang memberikan potongan harga,” kata BI.
Baca juga: BI Buka Lowongan Kerja Special Hire dan PKWT, Ini Syarat dan Cara Daftarnya
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada Juni dan September 2025 atau 3 dan 6 bulan ke depan diprakirakan juga menurun. Hal ini tecermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Juni dan September 2025 yang masing-masing tercatat sebesar 146,4 dan 153,1, lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya masing-masing tercatat sebesar 148,3 dan 155,5.
“Responden menginformasikan penurunan IEH tersebut didukung ketersediaan barang yang memadai dan normalnya permintaan, khususnya di September,” ujar BI. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menekankan kolaborasi lintas sektor (pemerintah, dunia usaha, investor,… Read More
Poin Penting PT Phapros Tbk (PEHA) mencetak laba bersih Rp7,7 miliar per September 2025, berbalik… Read More
Poin Penting Unilever Indonesia membagikan dividen interim 2025 sebesar Rp3,30 triliun atau Rp87 per saham,… Read More
Poin Penting IFAC menekankan pentingnya kolaborasi regional untuk memperkuat profesi akuntansi di Asia Pasifik, termasuk… Read More
Poin Penting BAKN DPR RI mendorong peninjauan ulang aturan KUR, khususnya agar ASN golongan rendah… Read More
Poin Penting IHSG menguat ke 8.655,97 dan sempat mencetak ATH baru di level 8.689, didorong… Read More