Jakarta – Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Eka Fitria optimis kondisi likuiditas ke depan akan mulai longgar, seiring dengan kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate yang mulai dipangkas pada September 2024 ini.
“Kami meyakni bahwa seharusnya kondisi likuditas ke depan akan membaik ditopang dengan prospek aliran dana asing di tengah tren suku bunga yang turun,” ujar Eka dalam Mandiri Macro Market Brief, Kamis 26 September 2024.
Eka menjelaskan, selain didukung oleh penurunan suku bunga acuan, dukungan percepatan dan peningkatan belanja pemerintah juga menjadi faktor lain yang mendukung likuiditas longgar.
Baca juga: Lewat Program Ini, Bank Mandiri Dukung Perempuan Indonesia jadi Penggerak Ekonomi RI
“Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah baru yang diperkirakan akan lebih ekpansif,” pungkasnya.
Sementara itu, Head of Macroeconomics and Financial Market Research Bank Mandiri, Diah Ayu Yustina menambahkan bahwa kondisi fiskal hingga Agustus 2024 mengalami defisit sebesar 0,68 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), dengan target defisit 2,7 persen di 2024.
Artinya, terdapat kemungkinan akselerasi belanja fiskal di beberapa bulan ke depan atau mulai di kuartal III 2024. Pasalnya, momen atau belanja Pilkada sudah mulai dipersiapkan.
Baca juga: Komitmen Bank Mandiri Mewujudkan Ekonomi Rendah Karbon, Seperti Apa?
“Dengan adanya realisasi (belanja pemerintah) yang lebih cepat ini harusnya bisa mendukung kondisi likuidtas perbankan,” ucapnya.
Diah melanjutkan, jika dilihat secara tren, pola realissi belanja fiskal memang terjadi di kuartal III maupun IV. Sehigga diyakini likuiditas akan lebih baik dengan penurunan suku bunga acuan.
“Jadi outlook tekait likuidtas ke depan harapannya bisa lebih baik, selain karena dukungan dari penurunan suku bunga tapi juga lebih cepatnya realisasi fiskal dibandingkan tahun lalu,” ungkapnya. (*)