Jakarta – Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan, penurunan suku bunga sebesar 50 bps oleh The Federal Reserve (The Fed) membuka ruang untuk pemangkasan suku bunga acuan Bl lebih lanjut.
Adrian menjelaskan, melihat pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal, penguatan nilai tukar rupiah, disertai dengan masih menariknya valuasi pasar saham akan berdampak positif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
“Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk mencapai skenario bull-case kami di 8.000 pada akhir tahun ini,” kata Joezer dalam keterangan resmi, Rabu 25 September 2024.
Baca juga: BI dan The Fed Kompak Pangkas Suku Bunga, Begini Efeknya ke Performa Pasar Modal RI
Joezer menambahkan, sektor-sektor yang cukup sensitif terhadap penurunan suku bunga dan penguatan nilai tukar rupiah yakni saham keuangan hingga properti.
“Sektor saham yang sensitif seperti keuangan, consumer staples, dan properti, serta saham-saham small-mid caps tetap menjadi pilihan kami,” jelasnya.
Sementara itu, Handy Yunianto, Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas mengatakan, penurunan suku bunga akan berdampak positif terhadap pasar obligasi.
Dia menyebut, ketika suku bunga mengalami penurunan, instrumen obligasi akan semakin diminati karena investor dapat memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan suku bunga.
Baca juga: BCA Sebut Likuiditas Ample di Tengah Penurunan Suku Bunga BI
“Tingkat imbal hasil obligasi yang cukup tinggi di Indonesia diminati bukan hanya oleh investor lokal, tapi juga asing,” paparnya.
Hal ini juga didukung oleh potensi pertumbuhan ekonomi yang baik, inflasi yang cukup rendah, tingkat utang yang terjaga, dan kondisi politik yang relatif stabil.
Dengan begitu, Mandiri Sekuritas juga memproyeksikan pemotongan suku bunga Bl masih akan terus berlangsung. Diperkirakan total pemangkasan sebesar 150 bps dalam siklus pelonggaran kali ini, yang akan membawa terminal suku bunga menjadi 4,75 persen. (*)