Subholding PalmCo dan SupportingCo Terbentuk, RI Punya Perusahaan Sawit Terbesar Dunia

Subholding PalmCo dan SupportingCo Terbentuk, RI Punya Perusahaan Sawit Terbesar Dunia

Jakarta – Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) secara resmi mengumumkan penggabungan 13 perusahaan di bawah Holding Perkebunan Nusantara, menjadi dua Sub Holding, yakni PalmCo dan SupportingCo, pada Jumat, 1 Desember 2023.

Atas penggabungan tersebut, Indonesia kini memiliki perusahaan sawit terbesar di dunia dan perusahaan pengelola aset perkebunan terbesar.

Berdasarkan keterangan resmi, PalmCo dibentuk melalui penggabungan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V, VI dan XIII ke dalam PTPN IV sebagai surviving entity dan pemisahan tidak murni PTPN III (Persero) ke dalam PTPN IV. 

Baca juga: PalmCo Percepat Kemampuan PTPN Group Untuk Hilirisasi Perkebunan

Sedangkan SupportingCo dibentuk melalui penggabungan PTPN II, VII, VIII, IX, X, XI, XII, dan XIV ke dalam PTPN I. 

Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) Muhammad Abdul Ghani mengatakan, aksi korporasi restrukturisasi pembentukan Subholding PalmCo dan SupportingCo dilakukan menyusul terbentuknya SugarCo pada 2021 lalu. Hal ini merupakan upaya untuk terus tumbuh berkembang dan berkontribusi maksimal. 

“Integrasi PTPN Group melalui pembentukan PalmCo dan SupportingCo merupakan wujud nyata strategi korporasi guna menghadapi persaingan global yang semakin ketat,” katanya, dikutip Senin (4/12).

Menurutnya, integrasi tersebut memperkuat posisi perusahaan karena memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, di mana perusahaan didukung dengan pemanfaatan sumber daya lahan, sumber daya manusia, inovasi teknologi, serta digitalisasi yang unggul.

Ia mengatakan, transformasi yang dilakukan PTPN Group dalam tiga tahun terakhir yang berdampak signifikan pada peningkatan kinerja operasional dan finansial, tidak terlepas dari inisiatif-inisiatif ESG yang diterapkan. 

“Dalam menjalankan seluruh bisnis dan aktivitas operasionalnya, Perseroan senantiasa memastikan produk yang dihasilkan tidak hanya memberikan dampak ekonomi, tetapi juga memiliki dampak terhadap sosial dan lingkungan,” jelasnya.

Menurutnya, PalmCo diharapkan menjadi perusahaan sawit terbesar di dunia dari sisi luas lahan, yaitu mencapai lebih dari 600 ribu hektare pada 2026, dan akan menjadi pemain utama industri sawit dunia. 

Sehingga, PTPN dipercaya mampu berkontribusi meningkatkan produksi CPO nasional dan minyak goreng dalam negeri. 

PTPN memperkirakan, produksi minyak gorengnya akan meningkat dari 460.000 ton/tahun di 2021 menjadi 1,8 juta ton/tahun (4 kali lipat) di 2026. 

Sedangkan, SupportingCo akan menjadi Perusahaan Pengelola Aset Perkebunan Unggul, yang mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi dan divestasi aset, pengelolaan tanaman perkebunan, diversifikasi usaha lainnya, serta green business yang mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, merger PTPN Group merupakan salah satu skema yang dijalankan oleh Kementerian  BUMN.

Di mana, salah satu tujuannya, yakni untuk efisiensi dan peningkatan berbagai indikator keuangan serta operasional perseroan. 

“Tentunya, setelah pendandatanganan ini akan ada integrasi sistem, HR, operasional, keuangan, dan sebagainya, yang kita usahakan bisa selesai dalam waktu enam bulan. Dan setelah itu kita harus kembali fokus ke tugas masing-masing,” jelasnya.

Lebih lanjut kata Tiko, aksi korporasi yang dilakukan PTPN Group adalah transformasi menyeluruh, termasuk transformasi dari sisi people.

Baca juga:  Ini Strategi PTPN Sub Holding PalmCo Perangi Kebodohan

Dia menekankan agar ke depan, para pegawai, khususnya milenial, bisa menjadi pemain yang andal untuk mengelola perusahaan sawit. 

“Jadi saya ingin transformasi dari sisi people-nya benar-benar terlihat. Bagaimana transformasi ini bisa menjadilkan PalmCo menjadi perusahaan sawit terdepan, bukan hanya dari on-farmnya, tapi juga off-farm untuk bisa melakukan downstream, value creation, termasuk renewable energy yang sustainable,” bebernya.

Tiko menambahkan, tantangan yang kerap muncul dalam merger sebuah perusahaan adalah terkait integrasi SDM. Namun, hal tersebut tidak menjadi kendala di PTPN Group karena mendapat dukungan dari serikat pekerja. 

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo berharap, kekompakan ini harus terus dijaga sehingga tidak akan ada gejolak yang mengganggu kinerja perusahaan. Di mana, PalmCo akan fokus meningkatkan hilirisasi produk-produk kelapa sawit. 

“Untuk bidang energi seperti biogas, biodiesel sustainable efficient fuel, dan produk lainnya juga akan menjadi perhatian perusahaan,” pungkasnya. (*)

Editor: Rezkiana Nisaputr

Related Posts

News Update

Top News