Jakarta – Ada beberapa isu terkait karyawan di perusahaan-perusahaan Indonesia yang menjadi sorotan dalam Global Talent Trends (GTT) 2023 yang dirilis oleh Mercer, bagian dari Marsh McLennan, perusahaan layanan profesional bidang risiko, strategi, dan SDM. Laporan tersebut mengungkapkan perusahaan Indonesia perlu meningkatkan aspek fleksibelitas kerja dan kesejahteraan karyawan.
Dalam laporan GTT 2023, hanya 31% perusahaan di Indonesia yang menawarkan pilihan fleksibelitas kerja bagi karyawannya. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata perusahaan global yang di kisaran 56%. Lalu, 43% di antaranya tidak berencana memberikan penawaran fleksibelitas kerja ke depannya. Di lain sisi, 7 dari 10 karyawan di Asia mengatakan keuntungan bisa bekerja jarak jauh atau hybrid menjadi aspek penting bagi mereka ketika memutuskan untuk menerima tawaran kerja.
Sedangkan dari sisi kesejahteraan secara total, meliputi kesejahteraan fisik, mental, sosidal dan finansial, pengusahaan di Indonesia (45%) diketahui memberlakukan karyawannya jauh lebih baik dibanding perusahaan lain di Asia (39%). Namun perusahaan di Indonesia tertinggal dari Asia dalam hal lain seperti menjadikan isu kesehatan mental bukanlah aib atau memalukan dan mendorong perawatan diri (36% berbanding 40%) serta menyediakan layanan kesehatan mental virtual saat diperlukan (14% berbanding 26%). Hanya 28% perusahaan di Indonesia (38% di Asia) yang telah meningkatkan aksesibilitas program bantuan karyawan hingga ke para pekerja garis depan (frontliners).
“Memprioritaskan total well being juga penting, Tidak hanya melulu kesejahteraan fisik, tapi mental dan finansial juga penting,” kata Astrid Suryapranata, Market Leader for Indonesia, Mercer Indonesia di Jakarta, Senin, 20 Maret 2023, di Kantor Mercer Indonesia.
Melihat sejumlah tantangan dan kondisi yang ada, para pemimpin human resources (HR) dari 76 perusahaan responden di Indonesia mengatakan, mereka berniat untuk merancang proses perekrutan, promosi dan manajemen talenta berdasarkan keahlian (62%), meningkatkan pengalaman karyawan sebagai modal kerja utama mereka (59%), memperbaiki program kerja terkait tenaga kerja (57%), dan mengatur ulang tanggung jawab karyawan demi memperdalam keahlian mereka (57%) tahun ini.
Terkait tren transformasi yang tengah gencar dilakukan perusahaan, studi GTT juga mengungkap bahwa 8 dari 10 karyawan berpotensi mengalami burnout (kelelahan). Tahun ini, 96% perusahaan di Indonesia, lebih tinggi dibandingkan rata-rata 90% di Asia, mengambil langkah menciptakan lingkungan kerja yang mementingkan pribadi tiap individu. Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan membangun budaya kerja yang mengajak karyawannya untuk menjadi diri sendiri (62%), berinvestasi dalam berbagai pelatihan supaya dapat berkolaborasi secara efektif (51%), dan menata ulang pekerjaan serta proses kerja yang mempertimbangkan kesejahteraan karyawan (49%), dan lain sebagainya.
Isdar Marwan, Director of Career Services, Mercer Indonesia mengatakan, isu burnout ini harus mendapatkan perhatian. Karyawan yang burnout menjadi salah satu tantangan terbesar dari transformasi perusahaan.
“Ambil contoh perusahaan yang melakukan transformasi besar-besaran. Ada 5 project besar di waktu bersamaan, kita bisa bayangkan betapa capeknya karyawannya. Employee yang kelelahan dapat menjadi tantangan terbesar dari keberhasilan transformasi,” ujar Isdar. (*) Ari Astriawan