Jakarta – Pada awal 2024, industri multifinance di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan signifikan. PT Adira Dinamika Multi Finance (Adira Finance) mencatat beberapa faktor yang memengaruhi industri ini.
Faktor tersebut di antaranya penurunan penjualan otomotif, kenaikan suku bunga, pelemahan mata uang rupiah, serta meningkatnya harga bahan-bahan pokok yang pada akhirnya menekan daya beli konsumen, khususnya kelas menengah ke bawah. Selain itu, peningkatan harga komoditas juga turut berperan dalam situasi ekonomi yang menantang.
Namun, di tengah berbagai tantangan ini, Adira Finance melihat adanya peluang untuk tetap mencatatkan kinerja yang optimal.
Baca juga: OJK Catat Piutang Pembiayaan Tumbuh 10,82 Persen Jadi Rp486,35 Triliun
Chief of Financial Officer Adira Finance, Sylvanus Gani M, mengungkapkan bahwa perusahaan akan fokus pada diversifikasi produk dan pengembangan digitalisasi untuk mengatasi tantangan tersebut.
“Kami juga berupaya meningkatkan customer experience untuk terus memperbaiki produk dan layanan yang ditawarkan,” ujarnya kepada Infobank pada Kamis (4/7).
Menghadapi kondisi industri otomotif serta makro ekonomi yang cukup menantang pada awal tahun 2024, Adira Finance menargetkan pembiayaan baru tumbuh flat.
Gani menegaskan bahwa perusahaan akan terus menerapkan berbagai inisiatif strategi untuk mendorong kinerja bisnis di tengah tantangan industri otomotif serta ekonomi makro.
“Seperti dengan terus melakukan ekspansi bisnis secara selektif ke daerah-daerah yang memiliki potensi tinggi, terus mengembangkan bisnis non otomotif seperti produk multiguna,” jelasnya.
Baca juga: Adira Finance Bidik 500 Konsumen Menang Program Umrah untuk Sahabat
Kemudian, lanjut Gani, perusahaan juga memperkuat kolaborasi dengan grup untuk meningkatkan customer base, dan terus meningkatkan customer retention melalui penawaran yang lebih baik serta perbaikan proses.
“Kami juga memperbaiki struktur biaya agar lebih bersaing dengan melakukan proses digitalisasi,” pungkasnya.
Hingga Maret 2024, pembiayaan baru Adira Finance meningkat sekitar 3 persen menjadi Rp11 triliun. Kontribusi segmen pembiayaan mobil tercatat sebesar 40 persen, sementara segmen sepeda motor tercatat sebesar 38 persen, dan segmen non otomotif tercatat 22 persen.(*) Alfi Salima Puteri