Anggota Komisi XI DPR RI, Charles Meikyansah. Foto: DPR
Jakarta – Anggota Komisi XI DPR RI, Charles Meikyansah menyoroti pentingnya inklusivitas dalam implementasi program stimulus ekonomi pemerintah. Menurutnya, selain fokus pada kelompok rentan, kebijakan tersebut juga perlu menjangkau kelas menengah yang kini menghadapi tekanan ekonomi.
“Kita juga perlu melihat kelas menengah yang kini menghadapi tekanan. Kita berharap masyarakat kelas menengah dapat turut merasakan stimulus ekonomi yang inklusif sehingga dapat memperkuat ketahanan ekonomi nasional secara menyeluruh,” tutur legislator dari Dapil Jawa Timur IV seperti dikutip laman resmi dpr.go.id, Rabu, 4 Juni 2025.
Charles menuturkan, kelas menengah selama ini menjadi tulang punggung konsumsi domestik, yang merupakan komponen penting dalam menjaga pertumbuhan ekonomi nasional.
Tekanan terhadap kelompok ini, seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penurunan penghasilan di sektor industri, jasa, dan ekonomi kreatif, dinilainya sudah mulai mengkhawatirkan.
Baca juga : Kelas Menengah Bisa Jadi Ancaman Ekonomi-Politik, Ini Peringatan untuk Prabowo
“Perlu diingat, kelas menengah selama ini menjadi penopang utama konsumsi domestik. Menjaga kelompok kelas menengah tetap kuat artinya kita menjaga kestabilan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” sebut Charles.
Politisi Fraksi Partai NasDem tersebut juga mengapresiasi program Bantuan Subsidi Upah (BSU) yang diberikan kepada pekerja berpenghasilan rendah sebagai bagian dari stimulus.
Namun, ia menegaskan bahwa perlindungan sosial ke depan juga harus mulai menjangkau kelompok kelas menengah bawah yang rentan turun kelas akibat tekanan ekonomi.
“Kami berharap pemerintah menyelaraskan kebijakan stimulus ini dengan strategi pemulihan yang lebih menyeluruh dan berorientasi pada ketahanan jangka panjang,” ujarnya.
Baca juga: Raden Pardede: Kelas Menengah jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi RI
Ia berharap, stimulus ekonomi yang diberikan bukan hanya menjadi solusi jangka pendek, tetapi juga mampu mendorong pertumbuhan yang lebih merata dan tahan terhadap guncangan eksternal.
“Dengan begitu, stimulus bukan hanya menjadi penyangga sesaat, tetapi juga penggerak utama ekonomi kerakyatan yang lebih tangguh dan berdaya saing,” tutup Charles.
Anggota Badan Anggaran DPR RI ini juga menekankan bahwa masyarakat, terutama kelompok rentan dan pelaku usaha kecil, membutuhkan kepastian ekonomi dalam jangka menengah.
Oleh karena itu, ia mendorong agar pemerintah memperkuat intervensi pada sektor-faktor yang menghasilkan nilai tambah, seperti pertanian, UMKM, dan sektor padat karya.
Ia menilai bahwa langkah tersebut dapat menciptakan efek ganda yang lebih luas serta memperkuat daya tahan masyarakat terhadap potensi gejolak ekonomi di masa mendatang.
Pemerintah mengalokasikan anggaran Rp24,44 triliun untuk lima kebijakan stimulus. Dari jumlah tersebut, Rp23,59 triliun bersumber dari APBN, sedangkan sisanya Rp0,85 triliun dari non-APBN.
Kelima kebijakan tersebut mencakup: diskon tiket transportasi, diskon tarif tol, penebalan bantuan sosial seperti sembako dan bantuan pangan, Bantuan Subsidi Upah (BSU) bagi pekerja bergaji rendah, serta diskon iuran jaminan kecelakaan kerja untuk industri padat karya. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More