Jakarta – Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Yati Kurniati menyebutkan berbagai risiko makro dan kerentanan stabilitas sistem keuangan (SSK) di global perlu terus dicermati. Meskipun, stabilitas sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terus berlanjut.
Menurutnya, perbaikan ekonomi global di tengah keketatan pasar tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) dan Eropa mengakibatkan prospek penurunan inflasi global berjalan lambat.
“Selain itu, juga dapat mendorong berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter di negara maju meskipun diperkirakan hampir mencapai puncaknya,” ujar Yati dalam peluncuran buku KSK, Rabu, 10 Mei 2023.
Di tengah risiko-risiko tersebut, pihaknya melihat perbankan di Indonesia masih tetap terjaga. Tercermin dari kredit yang telah membaik dan mampu mempertahankan level pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 9,93% yoy pada maret 2023.
“Hal tersebut lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan kredit yang negatif pada periode pandemi. Kemudian, intermediasi pembiayaan turut didukung oleh kinerja korporasi yang terjaga dan konsumsi rumah tangga yang tetap kuat,” jelasnya.
Kemudian, pembiayaan hilirisasi berpeluang mengakselerasi pertumbuhan kredit lebih lanjut, sejalan dengan demand pembiayaan hilirisasi yang masih terbuka. Dari data BKPM menunjukan adanta kebutuhan investasi hilirisasi ke depan sebesar USD153 miliar.
“Saat ini, pembiayaan hilirisasi atau smelter masih didominasi ULN. Hilirisasi bukan hanya di sektor tambang tapi juga harus mendorong di sektor pertanian, perkebunan, dan yang terkait dengan perikanan, karena sektor tersebut bisa memperkecil disparitas pendapatan,” katanya. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra