Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani mengungkapkan kondisi perekonomian di tahun 2024 masih dibayangi dengan gejolak. Utamanya dari sisi eksternal yang masih belum bersahabat akibat masalah fundamental.
“Jadi kita tetap akan menghadapi 2024 eksternalnya tidak friendly dan punya masalah fundamental,” ujar Sri Mulyani dalam dalam Semniar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia, Jumat 22 Desember 2023.
Menkeu menjelaskan yang akan menjadi masalah fundamental, yakni perekonomian di Tiongkok yang akan berdampak terhadap ekonomi di Tanah Air. Seperti, masalah ageing yang tidak bisa diselesaikan dengan kebijakan secara langsung.
Baca juga: Genjot Pertumbuhan Ekonomi, Pemerintah Fokus Tingkatkan Dua Sektor Ini
“Masalah properti dan NPL nya dari sisi itu juga tidak akan bisa, kalaupun dilakuakan restructuring tidak akan imidiately memeberian pengaruh kepada growth. Jadi ini akan memberi maslah fundamental,” ungkapnya.
Selain itu, adanya fragmentasi geopolitik yang menyebabkan ancaman serius bagi perdagangan dan investasi dalam persfektif jangka panjang, yang dapat menimbulkan efek rambatan.
Dengan risiko tersebut, Sri Mulyani menyebutkan kebijakan yang akan dilakukan pemerintah dalam memitigasi efek rambatannya, yaitu dengan menjaga permintaan domestik.
“Isu pangan itu menjadi sangat penting, karena consumption terutama kelompok menengah bawah itu harus kita lihat dampak dari kenaikan harga pangan sangat regresif. Pengaruhnya kepada kelompok menengah bawah jauh lebih besar. jadi itu harus diperbaiki dari sisi inflasi maupun kenaikan harga pangan,” katanya.
Baca juga: Prediksi Nasib Ekonomi Indonesia, Ini Wejangan Founder Mayapada
Untuk menjaga konsumsi kelompok menengah, pemerintah memberikan berbagai macam insentif. Seperti insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) untuk sektor properti.
“Kemudian, juga insentif untuk pembelian mobil, ini semuanya ditujukan agar dari sisi supply side, properti, construction memiliki multiplier yang banyak, dari sisi kelompok menengah yang kita lihat masih memiliki daya beli mereka mulai dipacu,” tutupnya. (*)
Editor: Galih Pratama