Jakarta – Sri Mulyani Indrawati dikabarkan akan kembali menjabat sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) di Kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, setelah dirinya menyambangi kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Senin, 14 Oktober 2024,
Sehari kemudian, Prabowo turut memanggil keponakannya, yakni Thomas Djiwandono yang saat ini menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) II untuk kembali melanjutkan tugasnya sebagai Wamenkeu di Kabinet Prabowo.
Pria yang akrab disapa Tommy itu, juga memperkenalkan dua Wamenkeu lainnya, yaitu Suahasil Nazara dan Anggito Abimanyu yang bakal mendampingi Menteri Keuangan, Sri Mulyani.
Baca juga: Profil Trio Wamenkeu Pendamping Sri Mulyani di Kabinet Prabowo: Thomas Djiwandono, Suahasil Nazara, dan Anggito Abimanyu
Chief Economist and Head of Research Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menuturkan bahwa, jika Sri Mulyani kembali ditetapkan sebagai menkeu, tentunya akan membawa angin segar bagi pasar saham Indonesia dan disambut positif oleh para investor.
“Jika Sri Mulyani terpilih lagi karena memang kredibilitasnya cukup baik beliau sekarang juga statusnya sebagai the best finance minister in the world belum ada kayaknya dari Indonesia, sangat sulit untuk mencari yang seperti itu dan yang terlebih lagi beliau terkenal sebagai seorang yang jujur, bersih transparan,” ucap Rully dalam Media Day di Jakarta, 17 Oktober 2024.
Selain itu, menurut Rully, jika Sri Mulyani tidak lagi menjabat sebagai menkeu, akan berdampak kepada investor asing yang melakukan investasi di Surat Berharga Negara (SBN) yang dikhawatirkan akan mengurangi porsi investasinya di Indonesia.
“Jadi ini menurut saya memang justru sangat positif terutama bagi investor di publikasi SBN, jadi investor asing kalau mau membeli SBN tentu saja melihat ya siapa sosok perbendaharaannegaranya jadi itu, tadinya saya khawatirkan kalau berubah (Menkeu) nanti takutnya asing nggak mau masuk lagi ke SBN,” imbuhnya.
Baca juga: Ekonom: Penurunan Suku Bunga BI Bakal Berdampak Positif ke Pasar Saham RI
Adapun, Rully menambahkan, keyakinan investor terhadap pasar saham Indonesia juga bakal didukung oleh Bank Indonesia (BI) yang tidak melakukan perubahan pada jabatan Gubernur BI dan Deputi Gubernur Senior BI, sehingga diperkirakan kebijakan fiskal maupun moneter dipastikan masih sama dalam 4-5 tahun ke depan.
Sebagai informasi, respons positif dari para investor itu dapat dilihat dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I hari ini (17/10) yang ditutup melesat ke level 7.723,24 atau menguat 0,97 persen dari dibuka pada level 7.648,41. (*)
Editor: Galih Pratama