Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir perdagangan 2024 ditutup dengan kinerja yang positif pada level 7.079,91.
Meski begitu, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, juga menyebut IHSG sempat menyentuh posisi terendahnya di level 6.726,92 pada 19 Juni 2024.
“Rentang antara tingkat tertinggi dan terendah indeks tahun 2024 merefleksikan volatilitas yang luar biasa bagi pasar modal global sebagai dampak perekonomian dunia yang mengalami tantangan berat,” ucap Mahendra dalam Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2025, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis, 2 Januari 2025.
Memasuki 2025, Menteri Keuangan Republik Indonesia (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengimbau pemerintah, OJK, dan seluruh pemangku kepentingan lainnya untuk membangkitkan rasa optimisme dalam menjaga perekonomian Indonesia agar semakin tangguh dan resilient, serta semakin menyejahterakan masyarakat secara adil di tengah perekonomian global.
“Semoga tahun 2025 IHSG akan continue hijau seperti ini sampai akhir tahun nanti, terima kasih semuanya, bismillah kita mulai tahun ini dengan baik, kita jaga sepanjang tahun dengan tekun, dengan teguh, dengan teliti dan terus bersinergi kuat,” ujar Sri Mulyani dalam kesempatan yang sama.
Baca juga: Begini Aturan Terbaru BEI Soal PPN 12 Persen terhadap Transaksi Bursa
Baca juga: BEI Bersama KPEI dan KSEI Kenalkan Kontrak Berjangka Indeks Asing
Lalu, ia menjelaskan bahwa, tahun kemarin memang bukan tahun yang mudah untuk dilewati, karena ada beberapa tantangan yang memengaruhi seluruh perekonomian Indonesia, salah satunya terkait dengan tahun politik.
“Kalau kami di pemerintah tentu semuanya menyadari bahwa kuartal I ada pemilihan presiden dan pemilihan secara simultan sebuah demokrasi yang sangat besar di Indonesia. Tahun ini 70 negara semuanya juga melakukan pemilu dan Indonesia termasuk negara demokrasi terbesar di dunia kita telah selesaikan dengan selamat dan aman,” jelas Sri Mulyani.
Selanjutnya, ia menambahkan, pada semester I 2024 Kementerian Keuangan juga mengalami tekanan yang sama seperti IHSG, dipicu oleh penerimaan pajak Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pada Maret untuk orang pribadi dan untuk perusahaan pada April 2024 yang menunjukkan tanda-tanda koreksi.
“Pada bulan Agustus kita sedikit melihat ada the light at the end of the tunnel a little bit, just a sliver of light moga-moga bukan kereta api yang menabrak kita dan memang mulai terjadi beberapa perbaikan,” imbuhnya.
Meski begitu, jelang akhir 2024 tantangan kembali terjadi yang dipicu oleh sentimen global, seperti peristiwa politik di Timur Tengah hingga hasil pemilu di Amerika Serikat yang kemungkinan default karena tidak adanya kesepakatan terkait APBN.
“Kita lihat banyak drama negara APBN tidak disepakati menyebabkan pemerintah menjadi berubah, dari mulai Perancis Perdana Menteri harus resign dua kali, Inggris yang terjadi perubahan pemerintahan, di Jerman hari ini tekanan sangat tidak mudah karena faktor APBN,” tambah Sri Mulyani. (*)
Editor: Galih Pratama