Jakarta – Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengatakan, langkah Pertamina membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Hidrogen akan mempercepat rencana transisi energi bersih. Apalagi, sumber dari hidrogen tersebut, antara lain berasal dari panasbumi dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Pertamina.
“Patut diapresiasi. Karena hidrogen memang bisa menjadi salah satu alternatif energy carrier, yang bisa dipakai untuk menggantikan energi fosil,” ujar Fabby dalam keterangannya seperti dikutip 21 Januari 2024.
Fabby juga berharap, upaya Pertamina ini bisa berhasil. Terlebih, pembangunan SPBU Hidrogen tersebut merupakan inisiatif Pertamina dalam menciptakan ekosistem kendaraan hidrogen. Menurutnya, keberadaan kendaraan berbahan bakar hidrogen tersebut, bisa menjadi alternatif energi bersih selain baterai EV.
Baca juga: Produksi Migas Tembus 68 Persen, Kinerja Pertamina Diapresiasi
“Saya harap sukses langkah Pertamina ini. Mungkin ini juga bagian dari strategi bisnis mereka. Pertamina masuk ke industri mobil listrik lewat pengembangan ekosistem baterai di Indonesia dan sekarang di kendaraan hidrogren,” jelas Fabby.
Lebih lanjut Fabby berpendapat, pembentukan komunitas hidrogen memang keniscayaan. Selain sebagai upaya transisi energi, juga merupakan bagian dari upaya transformasi bisnis Pertamina.
“Harus dilakukan, memang harus masuk ke sana. Sebab, mereka akan menghadapi berkurangnya BBM fosil sehingga harus melakukan antisipasi di masa datang. Jadi, Pertamina harus mencari opportunity bisnis baru. Sekarang adalah saatnya. Salah satunya, masuk melalui ekosistem kendaraan hydrogen,” tegasnya.
Dirinya juga mengingatkan, bahwa dalam upaya pembentukan ekosistem hidrogen, Pertamina tidak bisa berjalan sendiri. Maka, diharapkan Pemerintah bisa mendampingi Pertamina dalam mengembangkan ekosistem tersebut. Pemerintah harus menyiapkan regulasi yang bisa mendorong pengembangan ekosistem kendaraan hidrogen.
“Jangan hanya Pertamina saja. Perlu dukungan dari pemerintah, karena membangun ekosistem tidak bisa sendirian karena semua harus terlibat. Di Kementerian ESDM misalnya, kan sudah ada roadmapnya. Hanya implementasinya saja yang perlu dipikirkan. Misalnya perlu peraturan presiden atau regulasi lain untuk mendorong,” pungkasnya.
Baca juga: Borong 34 Proper Emas, Kepercayaan Investor pada Pertamina Akan Meningkat
Asal tahu saja, Pertamina melalui Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) berkolaborasi dengan Toyota untuk mengembangkan ekosistem hidrogen sebagai bahan bakar kendaraan di Indonesia. Peletakan batu pertama hydrogen refueling station (HRS) dilakukan 17 Januari 2024 di SPBU Daan Mogot.
Pasar SPBH itu sendiri memang sudah ada dan sudah siap. Sebab, dalam kerja sama tersebut, tugas Toyota adalah memproduksi fuel cell electric vehicle Toyota Mirai, yang akan melakukan pengisian hidrogen di SPBH Pertamina. Keberadaan kendaraan berbahan bakar hidrogen tersebut, bisa menjadi alternatif energi bersih selain baterai EV.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, pembangunan SPBH merupakan suatu milestone penting dalam mendukung program mencapai target net zero emission (NZE) 2060. “Karena ini real clean energy, tidak ada waste,” jelas Nicke. (*)