Bali – Digitalisasi layanan perbankan memunculkan tantangan terkait system keamanan. Selain perlunya literasi dan edukasi, dibutuhkan juga solusi yang aman dan andal serta mampu memenuhi kebutuhan nasabah.
Demikian kesimpulan dari acara Connex Webinar Series bertema “Gain Customer Trust in The Financial Services Industry Trough Secure and Reliable Digital Solutions”, di Kuta, Bali, Kamis 25 Agustus 2022.
Hybrid webinar yang diikuti oleh praktisi perbankan dan keuangan itu menghadirkan narasumbet antara lain Friderica Widyasari D., Anggota Dewan Komisioner, Bidang Edukasi & Perlindungan Konsumen OJK; Bayu Hanantasena, Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison; Wani Sabu, Ketua Komite Keamaan Siber Perbanas; Dino Milano Siregar, Direktur Grup Inovasi Keuangan Digital OJK; Pulkit Khanna, SVP Head of Data Analytics Indosat Ooredoo Hutchison; dan Linggajaya Budiman, SVP Head of Marketing & Channel Management Indosat Ooredoo Hutchison.
Digitalisasi layanan perbankan, menurut Bayu Hanantasena, memiliki tantangan yang muncul dalam implementasinya, termasuk memastikan keamanan di tiap operasional. “Di balik kemudahan ada tantangan, yaitu peningkatan kejahatan siber yang sering terjadi pada industri perbankan,” ujar Bayu Hanantasena.
Menurut Wani Sabu, di Indonesia dalam sebulan rata-rata terjadi serangan siber (cyber attack) sebanyak 2.000 kasus. Yang menarik, mayoritas serangan siber tersebut tidak menjadikan sistem perbankan sebagai target utama serangan. Mereka justru menyerang nasabah melalui social engineering.
“Mereka mempengaruhi pikiran kita, membuat panik, happy, excited karena penawaran mereka, sehingga nasabah mengikuti apa yang dikatakan penjahat sehingga data mereka berhasil disusupi,” ungkap Wani Sabu.
Oleh karena itu, kata Wani, dibutuhkan edukasi yang lebih gencar kepada nasabah mengenai kejahatan siber dari setiap bank dan lembaga jasa keuangan lainnya.
“Kita harus mengedukasi secara tepat sasaran. Untuk itu, perlu kita petakan siapa saja yang menjadi korban siber. Kemudian, kita mengedukasi melalui media behaviour, sehingga nasabah terhibur dan secara tidak langsung teredukasi,” ujar Executive Vice President Center of Digital BCA itu.
Menurut Friderica Widyasari D, edukasi menjadi salah satu langkah untuk meminimalisasi terjadinya kejahatan didunia maya di tengah terjadinya transformasi digital di industri perbankan dan keuangan. Sebab, “Kejahatan keuangan ini terjadi karena rendahnya literasi keuangan dan literasi digital masyarakat,” ujar Friderica Widyasari D.
Sebagai regulator dan lembaga yang bertugas mengawasi industri jasa keuangan, kata Dino Milano Siregar, OJK sangat memperhatikan perkembangan teknologi di industri jasa keuangan. OJK bahkan menjalin kerja sama dengan ADB dalam menyusun roadmap Inovasi Keuangan Digital (IKD) dan rencana aksi 2020-2024 yang merupakan strategi regulasi dan supervisi yang dirancang untuk mendukung pertumbuhan inovasi keuangan digital Indonesia.
“OJK mendorong responsible innovation, yaitu dengan memperhatikan praktik perlindungan konsumen jasa keuangan,” ujar Dino Milano Siregar.
Terkait kejahatan siber ini, Indosat Business mengambil peran untuk menjawab tantangan industri jasa keuangan di era digital. Menurut Pulkit Khanna, dukungan Indosat Business dalam tiga hal. Pertama, Indosat Business akan membantu perusahaan untuk mengerti data pelanggan. Kedua, mengidentifikasi masalah dan memberikan solusi. Ketiga, menyediakan platform-based dengan sistem keamanan menyeluruh.
Linggajaya Budiman, menambahkan, Indosat Business telah menyediakan berbagai macam solusi untuk memastikan aspek keamanan pada digitalisasi industri finansial. Di antaranya Network Detection Response, Next Generation Firewall, dan Web-applications Firewall, serta melakukan penetration on testing, dan anti-DDOS. (*)