Smartfren Buka Peluang Konsolidasi Dengan Semua Operator

Jakarta – PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) membuka peluang untuk melakukan penggabungan usaha (konsolidasi) dengan semua operator telekomunikasi di Indonesia Pasalnya, manajemen FREN tengah melakukan pembicaraan dengan salah satu operator telekomunikasi dalam negeri.

Presiden Direktur FREN, Merza Fachys di Gedung BEI, Jakarta, Rabu, 20 Februari mengatakan, pembicaraan konsolidasi antara pelaku operator telekomunikasi tersebut sebagai tanggapan dari pernyataan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara terkait keberadaan industri telekomunikasi.

“Menteri Rudiantara bilang operator telekomunikasi hanya tiga. Ini agar terjadi efesiensi. Sehingga sekarang semua pelaku semua melakukan diskusi,” ujarnya.

Namun demikian, jelas dia, pelaku operator telekomunikasi juga masih menunggu berapa hal seperti rencana beleid baru terkait merger dan akuisisi operator telekomunikasi di pemerintahan baru usai hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 17 April mendatang.

“Jadi apakah Menteri Komunikasi dan informatika pemerintahan yang baru juga memiliki kebijakan yang sama,” ucapnya.

Selain itu, kata dia, untuk melakukan konsdolidasi antara operator telekomunikasi, tentu mempertimbangkan juga dari sisi keuangan, harga saham, teknologi dan aspek hukum. “Soal Konsolidasi, apakah merger atau akuisisi tunggu hasilnya,” paparnya.

Hanya saja dirinya mengingatkan, melakukan merger dan akuisisi membutuhkan waktu yang  cukup lama. “Soal akuisisi dan merger, FREN paling berpengalaman, waktu merger antara Smart dan Fren butuh  tiga tahun,” jelas dia.

Langkah FREN ini juga sejalan dengan industri telco di Indonesia yang sudah mengalami tekanan sejak lama. Hal itu disebabkan mulai dari kebiasanan masyarakat yang mulai menggunakan aplikasi dan tinggalkan sms serta telepon, hingga masuknya 4G di 2015.

Masuknya jaringan 4G di 2015 ini merupakan satu peristiwa di mana seluruh pemain harus siapkan capex atau anggaran belanja modal yang besar. “Sekali digelar, mau tidak mau ya ikut di dalam. Capex ini bukan main besarnya,” tegasnya.

Tekanan tersebut, lanjut dia, membuat seluruh pelaku telco di Indonesia mengalami kinerja yang buruk. Adanya kondisi tersebut, pemerintah pun mendorong industri telco untuk lebih efiensi, salah satunya yakni dengan penggabungan perusahaan-perusahaan telco yang ada di Indonesia. (*)

Rezkiana Nisaputra

Recent Posts

Jasa Marga Catat 1,5 Juta Kendaraan Tinggalkan Jabotabek hingga H+1 Natal 2025

Poin Penting 1,56 juta kendaraan meninggalkan Jabotabek selama H-7 hingga H+1 Natal 2025, naik 16,21… Read More

7 hours ago

Daftar Lengkap UMP 2026 di 36 Provinsi, Siapa Paling Tinggi?

Poin Penting Sebanyak 36 dari 38 provinsi telah menetapkan UMP 2026, sesuai PP 49/2025 yang… Read More

13 hours ago

UMP 2026 Diprotes Buruh, Begini Tanggapan Menko Airlangga

Poin Penting Pemerintah memastikan formulasi UMP 2026 telah memasukkan indikator ekonomi seperti inflasi, indeks alfa,… Read More

13 hours ago

Aliran Modal Asing Rp3,98 Triliun Masuk ke Pasar Keuangan RI

Poin Penting Modal asing masuk Rp3,98 triliun pada 22–23 Desember 2025, dengan beli bersih di… Read More

14 hours ago

Harga Emas Antam, Galeri24, dan UBS Hari Ini Kompak Naik, Cek Rinciannya

Poin Penting Harga emas Galeri24, UBS, dan Antam kompak naik pada perdagangan Sabtu, 27 Desember… Read More

14 hours ago

Jasindo Ingatkan Pentingnya Proteksi Rumah dan Kendaraan Selama Libur Nataru

Poin Penting Menurut Asuransi Jasindo mobilitas tinggi memicu potensi kecelakaan dan kejahatan, sehingga perlindungan risiko… Read More

1 day ago