Jakarta – Hampir seluruh badan dunia di PBB menyampaikan kekhawatirannya atas memburuknya kondisi Jalur Gaza yang disebut berada ‘di tepi jurang’.
Di mana, akses kesehatan Jalur Gaza memburuk hingga kelaparan akut warga sipil yang terus berjuang untuk tetap hidup di tengah perang Israel-Hamas.
Direktur Badan Kesehatan Dunia WHO untuk Kawasan Mediterania Timur, Ahmed Al-Mandhari mengatakan, sistem layanan kesehatan di Jalur Gaza kini berada di tepi jurang.
“Sistem layanan kesehatan di Gaza kini berada di tepi jurang. Mereka berupaya keras dengan apa yang dimiliki agar bisa bertahan di tengah tantangan dan ancaman serangan yang sangat luar biasa,” katanya, seperti dikutip VOA Indonesia, 16 Januari 2024.
Baca juga: Israel Tegaskan Bakal Akhiri Perang Gaza, Asalkan…
Menurutnya, dengan hanya 15 dari 36 rumah sakit yang berfungsi, banyak korban luka-luka akibat perang berkelanjutan Israel-Hamas. Para pasien terpaksa dirawat di lantai-lantai rumah sakit yang sangat padat.
“Banyak yang seharusnya dapat diselamatkan, kini sekarat karena kurangnya dokter spesialis, BBM, listrik, obat-obatan, makanan dan air bersih,” jelasnya.
Lebih jauh, dia memperingatkan pembatasan dan penangguhan pengiriman bahan bakar, obat-obatan dan bantuan lain ke Jalur Gaza, berisiko menimbulkan lebih banyak kematian dan penyakit di wilayah yang dilanda perang itu.
“Para pengungsi kini menghadapi kemerosotan layanan sanitasi yang sangat buruk dan hidup tanpa makanan atau air karena suhu di sekitar mereka mencapai titik beku,” tambahnya.
Baca juga: Ini Dia Sosok Ofer Cassif, Anggota Parlemen Israel yang Dukung Gugatan Genosida di ICJ
Adapun Program Pangan Dunia WFP, dan Program Bantuan Pendidikan dan Anak-Anak UNICEF memperingatkan risiko kelaparan akut yang mengancam warga Palestina di Jalur Gaza.
Direktur WFP Untuk Palestina, Samer Abdeljaber mengatakan, sejauh ini telah menjangkau sekitar 1,4 juta orang, tetapi semua orang kini kelaparan, dan banyak yang tidak makan selama berhari-hari.
“Ada orang-orang yang kelaparan akut di banyak daerah dan kami bahkan tidak bisa memberikan makanan pokok pada mereka,” pungkasnya. (*)
Editor: Galih Pratama