Sinyal Optimisme Pasar Saham RI Makin Menguat, Apa Pendorongnya?

Sinyal Optimisme Pasar Saham RI Makin Menguat, Apa Pendorongnya?

Poin Penting

  • Sentimen pasar membaik dari global hingga domestik, ditopang meredanya ketidakpastian tarif AS serta kebijakan pemerintah dan BI yang kompak fokus pada pertumbuhan ekonomi.
  • Stimulus dan belanja pemerintah menjadi katalis, termasuk stimulus Rp46 triliun dan potensi akselerasi belanja lebih dari Rp1.200 triliun di kuartal IV.
  • Likuiditas dan kredit membaik, terlihat dari kenaikan uang beredar (M2) menjadi 8 persen dan pertumbuhan kredit 7,7 persen.

Jakarta – PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menyoroti adanya perubahan sentimen dari pesimisme menjadi optimisme di pasar saham. Salah satunya terlihat dari sentimen global, yakni ketidakpastian tarif di Amerika Serikat (AS) yang sudah mulai mereda.

Chief Investment Officer, Equity MAMI, Samuel Kesuma, CFA menyebut, dari sisi domestik sudah menunjukkan sentimen positif, dengan kebijakan pemerintah dan bank sentral kompak mengarah untuk fokus pada pertumbuhan ekonomi.

“Beberapa faktor yang menurut kami dapat menjadi faktor positif bagi ekonomi dan pasar saham, salah satunya stimulus ekonomi yang mencapai Rp46 triliun untuk periode September-Desember, termasuk bantuan langsung tunai Rp30 triliun yang dapat lebih langsung menjadi katalis bagi konsumsi,” ucap Samuel dalam risetnya dikutip, 15 November 2025.

Baca juga: KBank Resmi Kuasai 89,48 Persen Saham Bank Maspion, Perkuat Posisi Regional

Tidak hanya itu, kata Samuel, dari sisi akselerasi belanja pemerintah yang secara historis mengalami akselerasi di kuartal IV. Diketahui, per September belanja pemerintah baru mencapai Rp2.234 triliun atau 63 persen dari target, dengan asumsi belanja dapat mencapai 100 persen dari target.

“Maka masih ada potensi belanja pemerintah mencapai lebih dari Rp1.200 triliun di kuartal IV, yang jauh lebih besar dari kuartal-kuartal sebelumnya,” imbuhnya.

Masih menurut Samuel, penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) atau BI Rate dan injeksi likuiditas dari pemerintah diharapkan juga dapat mempercepat penurunan suku bunga perbankan dan menarik minat dunia usaha untuk meningkatkan permintaan kredit.

Baca juga: Phintraco Sekuritas Jadi Anggota Bursa Pertama Berlisensi Liquidity Provider Saham

Pada periode September 2025, pertumbuhan uang M2 mengalami kenaikan mencapai 8 persen dari sebelumnya 7,6 persen. Kemudian, pertumbuhan kredit tumbuh 7,7 persen dari bulan sebelumnya 7,5 persen.

Meski demikian, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk periode sepekan 10-14 November 2025 mengalami pelemahan sekitar 0,29 persen dan ditutup pada posisi 8.370,43 dari 8.394,59 di pekan lalu. Sementara itu, dari sisi kapitalisasi pasar tetap sama dengan posisi pekan lalu, yakni Rp15.316 triliun. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Netizen +62