Ilustrasi: Pergerakan pasar saham. (Foto: Erman Subekti)
Poin Penting
Jakarta – Berinvestasi pada instrumen investasi saham selain berpeluang mendapat keuntungan yang tinggi, tetapi juga berisiko, bersifat dinamis, serta dapat mengalami pergerakan yang fluktuatif secara tiba-tiba.
Direktur Retail Markets and Technology BNI Sekuritas, Teddy Wishadi, mengatakan saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah, banyak investor mungkin merasa khawatir. Namun, momen ini justru bisa dimanfaatkan untuk mengevaluasi strategi investasi dan memperkuat portofolio melalui diversifikasi.
“Dengan menyebar alokasi dana ke berbagai instrumen, investor dapat mengelola risiko secara lebih efektif serta menjaga stabilitas dan kinerja portofolio dalam jangka panjang,” ucap Teddy dalam keterangannya dikutip, 25 September 2025.
Baca juga: Dana Asing Masuk Rp451,06 Miliar, Saham BBCA hingga ASII Paling Banyak Diborong
Berdasarkan hal itu, Teddy memberikan beberapa instrumen investasi yang patut dipertimbangkan saat IHSG mengalami tekanan, salah satunya adalah obligasi pemerintah yang merupakan surat utang yang diterbitkan oleh negara sebagai salah satu cara untuk memperoleh dana pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Produk seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Ritel menjadi pilihan menarik karena dijamin sepenuhnya oleh pemerintah, sehingga memberikan tingkat keamanan yang tinggi bagi investor.
“Investasi di obligasi pemerintah memungkinkan investor memperoleh penghasilan tetap dari imbal hasil dalam bentuk kupon sambil menunggu kondisi pasar saham kembali stabil,” imbuhnya.
Di samping itu, ada obligasi korporasi sebagai surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan sebagai sarana untuk menghimpun dana. Meski tingkat risikonya lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah, obligasi korporasi umumnya menawarkan kupon yang lebih besar.
Instrumen tersebut cocok bagi investor yang ingin memperoleh pendapatan tetap dengan potensi keuntungan lebih tinggi, namun tetap berada dalam koridor risiko yang terkendali.
Instrumen investasi lain yang bisa dijadikan alternatif, yakni reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap yang dikelola oleh manajer investasi profesional dan terdiri dari instrumen seperti deposito, surat utang jangka pendek, dan obligasi. Keduanya cocok bagi investor yang menginginkan kestabilan nilai investasi dan kemudahan likuiditas.
Baca juga: Harga Saham TUGU Melambung ke Level Tertinggi 3 Bulan, Analis: Valuasi Masih Sangat Murah
Teddy juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan diversifikasi ke aset lain seperti emas, deposito berjangka, mata uang asing (valas), serta properti. Masing-masing memiliki karakteristik dan potensi imbal hasil yang berbeda, sehingga dapat melengkapi portofolio sesuai profil risiko investor.
Menurut Teddy, ketika pasar sedang tidak bersahabat, pilihan instrumen yang tepat dan strategi diversifikasi yang matang bisa menjadi kunci menjaga ketahanan portofolio.
“Jangan melihat penurunan sebagai ancaman semata, tetapi juga sebagai peluang untuk membangun fondasi investasi yang lebih kuat,” katanya. (*)
Editor: Galih Pratama
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More
Poin Penting Sebanyak 40 perusahaan dan 10 tokoh menerima penghargaan Investing on Climate 2025 atas… Read More
Poin Penting IHSG ditutup melemah 0,09% ke level 8.632 pada 5 Desember 2025, meski beberapa… Read More