Simak! BNI Sekuritas Beberkan Strategi Investasi Saat Pasar Saham Tertekan

Simak! BNI Sekuritas Beberkan Strategi Investasi Saat Pasar Saham Tertekan

Poin Penting

  • Investor disarankan memanfaatkan pelemahan IHSG untuk mengevaluasi strategi dan memperkuat portofolio melalui diversifikasi
  • ORI, Sukuk Ritel, dan obligasi korporasi direkomendasikan karena menawarkan pendapatan tetap dengan tingkat risiko yang bervariasi
  • Reksa dana, emas, deposito, valas, hingga properti bisa menjadi pilihan untuk menjaga stabilitas dan ketahanan portofolio sesuai profil risiko.

Jakarta – Berinvestasi pada instrumen investasi saham selain berpeluang mendapat keuntungan yang tinggi, tetapi juga berisiko, bersifat dinamis, serta dapat mengalami pergerakan yang fluktuatif secara tiba-tiba.

Direktur Retail Markets and Technology BNI Sekuritas, Teddy Wishadi, mengatakan saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah, banyak investor mungkin merasa khawatir. Namun, momen ini justru bisa dimanfaatkan untuk mengevaluasi strategi investasi dan memperkuat portofolio melalui diversifikasi.

“Dengan menyebar alokasi dana ke berbagai instrumen, investor dapat mengelola risiko secara lebih efektif serta menjaga stabilitas dan kinerja portofolio dalam jangka panjang,” ucap Teddy dalam keterangannya dikutip, 25 September 2025.

Baca juga: Dana Asing Masuk Rp451,06 Miliar, Saham BBCA hingga ASII Paling Banyak Diborong

Berdasarkan hal itu, Teddy memberikan beberapa instrumen investasi yang patut dipertimbangkan saat IHSG mengalami tekanan, salah satunya adalah obligasi pemerintah yang merupakan surat utang yang diterbitkan oleh negara sebagai salah satu cara untuk memperoleh dana pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Produk seperti Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Ritel menjadi pilihan menarik karena dijamin sepenuhnya oleh pemerintah, sehingga memberikan tingkat keamanan yang tinggi bagi investor.

“Investasi di obligasi pemerintah memungkinkan investor memperoleh penghasilan tetap dari imbal hasil dalam bentuk kupon sambil menunggu kondisi pasar saham kembali stabil,” imbuhnya.

Di samping itu, ada obligasi korporasi sebagai surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan sebagai sarana untuk menghimpun dana. Meski tingkat risikonya lebih tinggi dibanding obligasi pemerintah, obligasi korporasi umumnya menawarkan kupon yang lebih besar.

Instrumen tersebut cocok bagi investor yang ingin memperoleh pendapatan tetap dengan potensi keuntungan lebih tinggi, namun tetap berada dalam koridor risiko yang terkendali.

Instrumen investasi lain yang bisa dijadikan alternatif, yakni reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap yang dikelola oleh manajer investasi profesional dan terdiri dari instrumen seperti deposito, surat utang jangka pendek, dan obligasi. Keduanya cocok bagi investor yang menginginkan kestabilan nilai investasi dan kemudahan likuiditas.

Baca juga: Harga Saham TUGU Melambung ke Level Tertinggi 3 Bulan, Analis: Valuasi Masih Sangat Murah

Teddy juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan diversifikasi ke aset lain seperti emas, deposito berjangka, mata uang asing (valas), serta properti. Masing-masing memiliki karakteristik dan potensi imbal hasil yang berbeda, sehingga dapat melengkapi portofolio sesuai profil risiko investor.

Menurut Teddy, ketika pasar sedang tidak bersahabat, pilihan instrumen yang tepat dan strategi diversifikasi yang matang bisa menjadi kunci menjaga ketahanan portofolio.

“Jangan melihat penurunan sebagai ancaman semata, tetapi juga sebagai peluang untuk membangun fondasi investasi yang lebih kuat,” katanya. (*)

Editor: Galih Pratama

Related Posts

News Update

Netizen +62