Jakarta – Apresiasi yang setinggi-tingginya patut diberikan kepada seluruh jajaran direksi dan karyawan PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. (BRI). Tangan dingin Suprajarto selaku direktur utama mampu membawa bank yang jagoan di segmen mikro ini menjadi bank yang makin disegani tidak hanya secara nasional tapi juga internasional.
Di bawah kepemimpinan Suprajarto, dalam dua tahun terakhir, BRI mencatatkan rata-rata pertumbuhan kinerja hingga double digit. Di sektor kredit, rata-rata pertumbuhannya dari 2017 hingga 2018 mencapai 12,7 persen. angka ini berada di atas rata-rata industri hanya 10,6 persen. Sejalan dengan kredit, rata-rata perolehan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 11,8 persen. Sedangkan laba bersih yang diperoleh rata-ratanya tumbuh 11,5 persen.
Memasuki tahun 2019, Bank bank raksasa yang tergolong kelompok BUKU IV langsung tancap gas. Namun BRI tetap mampu menjadi market leader dari bank-bank lain di sisi aset, laba, kredit, dan DPK di tiga bulan awal tahun ini.
Hingga kuartal I-2019, BRI mencatatkan laba bersih konsolidasi mencapai Rp8,16 triliun tumbuh 10,42 persen. Jumlah tersebut mengungguli sesama bank HIMBARA lainnya yakni Bank Mandiri yang berada di posisi kedua dengan perolehan laba bersih Rp7,23 triliun atau meningkat 23,43 persen. Sedangkan di posisi ketiga ada bank swasta nasional, Bank BCA yang memperoleh laba bersih Rp6,06 triliun atau tumbuh 10,10 persen.
Supermasi BRI sebagai bank pencetak laba terbesar di Indonesia sudah tercermin sejak dua tahun lalu. Di 2017, tatkala 48 bank pertumbuhan labanya anjlok, laba BRI justru tumbuh 10,74 persen menjadi Rp29,04 triliun.
profitabilitas BRI di kuartal I-2019 ditunjang oleh penyaluran kredit yang sebesar tumbuh 12,91 persen mencapai Rp855,47 triliun. Sebaran kredit didominasi kredit mikro sebesar 33,21 persen dari seluruh portofolio pinjaman.
Sementara itu untuk DPK, tercatat Rp936,03 triliun tumbuh 13,18 persen dibandingkan kuartal I-2018 Rp827,06 triliun. DPK BRI masih ditopang dana murah (CASA) yang komposisinya mencapai 56,28 persen atau Rp517,35 triliun.
BRI berhasil memanfaatkan basis nasabahnya yang besar untuk menghimpun dana murah seperti tabungan yang mengalahkan bank lainnya. Per kuartal I-2019, tabungan BRI mencapai Rp359,38 triliun atau 69,46 persen dari total CASA yang dikumpulkan.
Dari sisi aset, statusnya sebagai bank dengan aset terbesar di Indonesia sejak 2017 belum tergoyahkan. Aset BRI tumbuh 14,35 perseb menjadi Rp1.279,86 triliun. Selisih Rp73 triliun dari Bank Mandiri yang berada di bawahnya dengan aset Rp1.206 triliun atau tumbuh 9,80 persen.
Menjadi bank terbesar di Indonesia tidak lantas membuat BRI puas diri. Prestasi demi prestasi terus ditorehkan demi mengejar visi menjadi The Most Valuable Bank di Asia Tenggara 2022.
Alhasil, pada Rabu, 10 Juli 2019, saham BRI (BBRI) menyentuh harga Rp4.470, setelah naik Rp60 atau 1,36 persen yang merupakan rekor tertinggi bank pelat merah ini sejak melantai di bursa pada 2003 silam.
Peningkatan harga saham tersebut membuat kapitalisasi pasar (market cap) BRI meningkat menjadi Rp551,36 triliun. Secara market cap BBRI berada pada peringkat kedua di Bursa Efek Indonesia, setelah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp739 triliun. Sementara bila dibandingkan dengan perbankan di Asia Tenggara, market cap BBRI berada pada urutan ketiga.
Kinerja BRI yang apik juga tidak lepas dari perkembangan inovasi digital banking yang dilakukan BRI. Hasilnya, dalam dua tahun terakhir terjadi pergeseran transaksi dari tradisional channel ke e-channel yang cukup signifikan. Selama 2017 transaksi e-channel mencapai 72,5 persen, sisanya 27,5 persen melalui tradisional channel. Pada 2018, transaksi melalui e-channel naik menjadi 85 persen sedangkan tradisional channel menjadi hanya 15 persen.
Hingga kuartal I-2019, pertumbuhan digital banking BRI semakin pesat, tercatat internet banking tumbuh 105,1 persen, SMS banking tumbuh 33,3 persen, dan ATM tumbuh 14,2 persen.
Didukung oleh kinerja yang gemilang serta peningkatan layanan digital yang mumpuni, BRI mampu menunjukan taringnya di level regional bahkan Asia. Terbukti, berbagai penghargaan bergengsi dari lembaga internasional yang diakui dunia telah didapatkan BRI. Hingga pertengahan 2019 saja, setidaknya ada delapan penghargaan dari tiga lembaga internasional yang memberikan penghargaan atau predikat kepada BRI sebagai lembaga maupun kepada jajaran manajemen.
Yang terbaru, tepatnya pada 28 Juni 2019, BRI dianugrahi tiga penghargaan prestisius oleh Corporate Governance Asia. Penghargaan tersebut di antaranya Asia’s Best CEO (Investor Relations) untuk Direktur Utama BRI Suprajarto, Asia‘s Best CFO (Investor Relations) untuk Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo dan Best Investor Relations Company.
Corporate Governance Asia merupakan penerbit berita, jurnal, dan analisa tentang tata kelola perusahaan serta aktivitas investor terkemuka di Asia.
Penghargaan tersebut menyusul prestasi lainnya yang diperoleh lebih dulu di bulan yang sama. BRI dinobatkan sebagai perusahaan dengan tingkat WAI (Wealth Added Index) nomor 2 dari 100 perusahan di ASEAN oleh Stern Value Management Consulting Firm.
WAI adalah metode pengukuran kinerja perusahaan yang sebagai indikator untuk menentukan peningkatan kekayaan yang dihasilkan perusahaan di atas return minimal yang diharapkan investor.
Kemudian, pada tahun ini BRI juga telah mendapatkan penghargaan internasional dari The Asian Banker, majalah ekonomi terkemuka di Asia, sebagai Best Retail Banking in Indonesia, Best Digital Banking in Indonesia dan Best Managed Bank in Indonesia. Tidak ketinggalan, Suprajarto selaku CEO juga meraih penghargaan sebagai The Asian Banker CEO Leadership Achievement Award for Indonesia.
“Harapan saya suatu saat nanti, perjalanan BRI menuju bank global betul-betul bisa terwujud,” ujar direktur utama BRI, Suprajarto saat memberi sambutan di acara peresmian working space BRILiaN Center di kantor pusat BRI Jakarta, 9 Juli 2019. (*) Dicky F Maulana