Jakarta – Penerapan keuangan berkelanjutan yang ramah lingkungan semakin dibutuhkan di masa sekarang. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengingatkan, ada beberapa bahaya yang mengintai jika sebuah negara tidak segera serius pada perubahan iklim dunia.
“Apabila kita dinilai tidak comply atau tidak mendukung, disinsentifnya pasti ada, terutama pada produk kita yang di ekspor ke luar negeri akan terganggu supply chainnya,” jelas Wimboh pada paparan virtualnya, Kamis, 26 Agustus 2021.
Wimboh juga mengungkapkan, selain rantai pasok, keseimbangan struktural antara supply dan demand juga akan ikut terganggu dengan perubahan iklim dan situasi alam yang tidak bisa diprediksi. Terlebih, Indonesia adalah negara agraris yang mengandalkan komoditas alam.
Tidak lupa, ia juga mengingatkan risiko terganggunya keseimbangan lingkungan apabila keuangan berkelanjutan tidak diterapkan. Bencana alam seperti banjir dan longsor bisa terjadi kapan saja dan dimana saja. Ekosistem alam rusak dan apa yang dibangun manusia bisa hancur dalam sekejap.
“Kalau tidak dilakukan (green economy) akan menimbulkan cost dan risiko yang cukup besar. Mungkin yang menanggung bukan kita, tetapi next generation anak dan cucu kita,” jelas Wimboh. (*)
Editor: Rezkiana Np
Jakarta – Serangan siber yang mendera bank-bank di Tanah Air tak pernah usai. Teranyar, salah satu… Read More
Jakarta – Uang palsu yang diproduksi di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan diduga telah… Read More
Jakarta – Koinworks Bank atau PT BPR Koinworks Sejahtera Annua mengumumkan perubahan nama menjadi PT… Read More
Jakarta – Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi digital semakin diminati masyarakat. Tercermin pada November 2024 volume transaksi QRIS… Read More
Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan telah melakukan penghapusan pencatatan efek atau delisting terhadap… Read More
Jakarta – Empat varian rasa produk mi instan Indomie milik PT Indofood CBP Sukses Makmur… Read More