Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini (20/3) diperkirakan masih bergerak stabil dengan tendensi menguat. Penguatan rupiah ini didorong oleh sentimen global khususnya AS.
Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, dalam risetnya, di Jakarta, Senin, 20 Maret 2017 mengatakan, efek hasil FOMC meeting yang cenderung lebih dovish telah mendorong penguatan mata uang di beberapa negara.
“Sehingga ekspektasi pasar masih bertahan, terlihat dari dollar index dan yield UST yang masih turun hingga akhir minggu lalu,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, aliran dana asing ke aset berdenominasi rupiah terus mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari penurunan yield Surat Utang Negara (SUN) serta kenaikan IHSG yang diiringi dengan kenaikan proporsi kepemilikan asing.
Namun demikian, dirinya menilai, pergerakan rupiah yang melanjutkan tren penguatan terhadap dolar AS, dibanyangi sentimen negatif, masih kalah dibandingkan dengan apresiasi kurs pada beberapa negara lainnya khususnya terhadap negara mitra dagang utama.
“Terlihat performa rupiah masih kalah dibanding apresiasi kurs rekan dagang utama, atau bisa dikatakan rupiah justru melemah dibanding rerata tertimbang kurs rekan dagang terhadap dolar,” ucap Rangga.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, bahwa saat ini pelaku pasar perlahan-lahan mulai berfokus pada situasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran kedua dengan harapan, kondisi ini bisa mengurangi sentimen negatif dan mendorong sentimen positif rupiah.
“Di sisi lain, harapan kenaikan peringkat S&P juga masih kuat. Rupiah diperkirakan masih stabil dengan tendensi penguatan pada hari ini,” tutupnya. (*)