Surabaya–Sejumlah tantangan masih dihadapi dalam pengembangan sektor industri manufaktur di Indonesia. Salah satunya, keterbatasan sumber pembiayaan di industri manufaktur menjadi perhatian utama.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, penyebab masih terbatasnya sumber pembiayaan di industri manufaktur lantaran investasi dari swasta yang sejak awal tahun yang masih lemah. Terlebih, pertumbuhan kredit perbankan nasional masih lambat.
“Kita tahu bahwa pertumbuhan kredit ada di sekitar 7,5%. Di 2016 itu kita perkirakan 7-9%. Tapi khusus untuk manufaktur bahwa di 2016 ini sejak awal tahun investasi dari swasta masih sangat lemah,” ujar Agus di Surabaya, Jumat, 25 November 2016.
Sementara di sisi lain, kata Agus, harga komoditas yang saat ini tengah menurun, membuat perbankan hati-hati dalam menyalurkan kreditnya. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada peningkatan rasio kredit bermasalah perbankan (NPL/Non Performing Loan).
Page: 1 2
Jakarta – Mulai 2025, usia pensiun para pekerja naik menjadi 59 tahun. Perubahan ini merujuk… Read More
Jakarta – Indonesia resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS, kelompok negara yang terdiri dari Brasil,… Read More
Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan sanksi Pembatasan Kegiatan Usaha (PKU) kepada Konsultan… Read More
Jakarta – Wakil Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono menyebutkan pemerintah menarik utang baru mencapai Rp556,6 triliun sepanjang 2024.… Read More
Jakarta – China, salah satu anggota BRICS (blok ekonomi negara-negara berkembang) menyambut baik masuknya Indonesia… Read More
Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi I, Selasa, 7 Januari 2025,… Read More