Surabaya–Sejumlah tantangan masih dihadapi dalam pengembangan sektor industri manufaktur di Indonesia. Salah satunya, keterbatasan sumber pembiayaan di industri manufaktur menjadi perhatian utama.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, penyebab masih terbatasnya sumber pembiayaan di industri manufaktur lantaran investasi dari swasta yang sejak awal tahun yang masih lemah. Terlebih, pertumbuhan kredit perbankan nasional masih lambat.
“Kita tahu bahwa pertumbuhan kredit ada di sekitar 7,5%. Di 2016 itu kita perkirakan 7-9%. Tapi khusus untuk manufaktur bahwa di 2016 ini sejak awal tahun investasi dari swasta masih sangat lemah,” ujar Agus di Surabaya, Jumat, 25 November 2016.
Sementara di sisi lain, kata Agus, harga komoditas yang saat ini tengah menurun, membuat perbankan hati-hati dalam menyalurkan kreditnya. Hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada peningkatan rasio kredit bermasalah perbankan (NPL/Non Performing Loan).
Page: 1 2
Jakarta – Bangkok Bank sukses mengakuisisi 89,12 persen saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) dari Standard Chartered Bank dan… Read More
Jakarta – PT PLN (Persero) dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060 membutuhkan investasi mencapai USD700 miliar… Read More
Jakarta - PT Bank Permata Tbk (BNLI) atau Permata Bank memiliki peluang ‘naik kelas’ ke Kelompok Bank… Read More
Jakarta – Presiden Prabowo Subianto optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai level 8 persen dalam kurun waktu… Read More
Jakarta - Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) resmi mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin… Read More
Makassar – PT Asuransi Maximus Graha Persada Tbk (Maximus Insurance) menyerahkan polis asuransi jaminan diri… Read More