Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga dan kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan (LJK) tetap tumbuh kuat, sehingga berkontribusi mempertahankan kinerja perekonomian nasional di tengah masih tingginya ketidakpastian global.
Kinerja perekonomian global di awal tahun 2023 secara umum berada di atas ekspektasi khususnya di AS dan Eropa terutama untuk pasar tenaga kerja yang persisten kuat dan indikator sektor riil lainnya bergerak positif.
“Selain itu, reopening perekonomian Tiongkok juga meningkatkan optimisme bahwa resesi global dapat dihindari. Namun demikian, pengetatan kebijakan moneter global diperkirakan terus berlanjut seiring penurunan inflasi yang lambat. Selain itu, harga komoditas yang terus turun perlu dicermati,” kata Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK, Senin, 27 Februari 2023.
Di tengah dinamika perekonomian global tersebut, indikator perekonomian domestik terpantau tetap solid. Neraca dagang melanjutkan surplus di Januari 2023, begitupun Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur juga terus berada di zona ekspansi dalam kurun waktu 17 bulan terakhir.
“Optimisme dan konsumsi masyarakat juga mencatatkan perbaikan yang terkonfirmasi dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Penjualan Ritel,” jelasnya.
Hal tersebut juga di dukung oleh kinerja sektor keuangan yang masih ekpansif. Tercermin dari kredit perbankan tumbuh sebesar 10,53% yoy atau sebesar Rp6.310,88 triliun per Januari 2023. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 8,03% yoy. Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing tercatat sebesar 129,64% dan 29,13%.
Sementara itu, sektor pasar saham, IHSG sampai dengan 24 Februari 2023 tercatat menguat sebesar 0,25% mtd seiring investor non-resident yang membukukan inflow sebesar Rp3,38 triliun. Secara ytd, IHSG menguat tipis 0,09% dengan inflow investor non-resident sebesar Rp162,8 miliar.
Dari sisi IKNB, pendapatan premi sektor asuransi di Januari 2023 mencapai Rp30,55 triliun atau tumbuh sebesar 5,22% yoy. Demikian pula halnya dengan premi asuransi umum dan reasuransi yang tumbuh sebesar 19,80% yoy, mencapai Rp14,53 triliun. Namun demikian, premi asuransi jiwa di 2023 terkontraksi sebesar 5,25% yoy dengan nilai sebesar Rp16,02 triliun.
Kemudian, nilai outstanding piutang pembiayaan di Januari 2023 tercatat sebesar Rp420,6 triliun atau tumbuh 14,57% yoy. FinTech peer to peer (P2P) lending pada Januari 2023 mencatatkan outstanding pembiayaan yang tumbuh sebesar 63,47% yoy mencapai Rp51,03 triliun. (*)
Editor: Rezkiana Nisaputra