Lebih lanjut dia menambahkan, kebijakan ini diyakini akan mengurangi instrumen Bank Sentral dalam mengendalikan gejolak nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Sementara itu, dirinya memperkirakan kebijakan BI ini paling cepat akan terlihat mulai 2018.
“Namun pada saat ini tampaknya prioritas pendanaan proyek pemerintah lebih urgent daripada operasi menyerap rupiah,” ucapnya. (Baca juga: Tiga Hal yang Diyakini BI Dorong Ekonomi RI)
Pada kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Pembiayaan, Pengelolaan dan Risiko Kemenkeu, Robert Pakpahan menyambut baik arah kebijakan BI yang ingin mengganti SBI ke SBN sebagai instrumen moneternya. “Karena SBN yang dipegang BI masih di bawah jumlah ideal dalam melakukan operasi moneter,” jelasnya.
Dia menilai, nantinya Bank Sentral akan lebih mudah melakukan stabilisasi dengan SBN ketimbang menggunakan SBI. “Jadi kalau ada outflow BI tidak segan-segan beli SBN karena mereka masih kurang dan butuh. Dan kalau ada instability mereka bisa lakukan intervensi di pasar SBN karena menjadi instrumen moneter,” paparnya.
Poin Penting Tri Pakarta merelokasi Kantor Cabang Pondok Indah ke Ruko Botany Hills, Fatmawati City,… Read More
Jakarta - Bank Mandiri terus memperkuat dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah dengan menghadirkan Livin’ Fest… Read More
Poin Penting Hashim Djojohadikusumo meraih penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability” berkat perannya… Read More
Poin Penting Mirae Asset merekomendasikan BBCA dan BMRI untuk 2026 karena kualitas aset, EPS yang… Read More
Poin Penting Indonesia menegaskan komitmen memimpin upaya global melawan perubahan iklim, seiring semakin destruktifnya dampak… Read More
Poin Penting OJK menerbitkan POJK 29/2025 untuk menyederhanakan perizinan pergadaian kabupaten/kota, meningkatkan kemudahan berusaha, dan… Read More