Lebih lanjut dia menambahkan, kebijakan ini diyakini akan mengurangi instrumen Bank Sentral dalam mengendalikan gejolak nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Sementara itu, dirinya memperkirakan kebijakan BI ini paling cepat akan terlihat mulai 2018.
“Namun pada saat ini tampaknya prioritas pendanaan proyek pemerintah lebih urgent daripada operasi menyerap rupiah,” ucapnya. (Baca juga: Tiga Hal yang Diyakini BI Dorong Ekonomi RI)
Pada kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Pembiayaan, Pengelolaan dan Risiko Kemenkeu, Robert Pakpahan menyambut baik arah kebijakan BI yang ingin mengganti SBI ke SBN sebagai instrumen moneternya. “Karena SBN yang dipegang BI masih di bawah jumlah ideal dalam melakukan operasi moneter,” jelasnya.
Dia menilai, nantinya Bank Sentral akan lebih mudah melakukan stabilisasi dengan SBN ketimbang menggunakan SBI. “Jadi kalau ada outflow BI tidak segan-segan beli SBN karena mereka masih kurang dan butuh. Dan kalau ada instability mereka bisa lakukan intervensi di pasar SBN karena menjadi instrumen moneter,” paparnya.
Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 mencatatkan surplus sebesar USD2,48… Read More
Serang - PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (Bank Banten) baru saja menggelar Rapat Umum… Read More
Jakarta - Rupiah diperkirakan akan melanjutkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring penguatan dolar… Read More
Jakarta - Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) memblokir sejumlah rekening milik Ivan Sugianto… Read More
Jakarta - Pada pembukaan perdagangan pagi ini, Jumat (15/11), pukul 9.00 WIB Indeks Harga Saham… Read More
Jakarta - Harga emas Antam atau bersertifikat PT Aneka Tambang, hari ini, Jumat, 15 November… Read More