Jakarta – Berbicara harga emas dunia, tahun ini menjadi tahun yang cukup berat dan penuh tantangan, dimana harga emas sempat meredup hingga menyentuh dibawah US$1.700/troy ons.
Terlebih, Isu tapering menjadi salah satu faktor yang membuat harga emas berada dalam tren penurunan, hal ini berkaca dari sejarah 2013, harga emas dunia bisa ambrol hingga lebih dari 45% dari rekor tertinggi di September 2011 US$ 1.920/troy ons akibat tapering.
Bagaimana pengaruhnya ke saham emiten pertambangan emas? Apakah akan terdampak, seiring meredupnya kilau emas dunia?
Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra, sendiri masih meyakini saham emiten emas masih menarik dikoleksi untuk jangka panjang, seiring masih menghantuinya masalah covid 19 yang belum bisa dipastikan kapan akan berakhir.
Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjendra, mengatakan beberapa saham yang masih menarik, diantaranya ada ANTM, MDKA, PSAB dan ARCI.
Sekedar informasi, sampai dengan penutupan perdagangan hari ini, saham ANTM ditutup naik ke Rp2.310, MDKA naik ke Rp2.810, ARCI ke Rp620 dan PSAB atagnan di Rp162.
“Keempatnya masih layak beli (buy on weakness). Support ANTM Rp2.070 dan target price terdekat Rp2.400, untuk MDKA support si Rp2.550 dan target terdekat Rp2.840, PSAB support di Rp101, dan target Rp170. Sementara ARCI support di Rp590 dan target Rp650-Rp700,” jelas Aston dalam bincang-bincang Market 30 Menit dengan tema “Saham Emiten Emas, Masihkah Layak Diburu?”, Senin, 30 Agustus 2021.
Kendati demikian, untuk jangka pendek, investor lanjutnya juga harus mewaspadai adanya kebijakan tapering off yang berpotensi akan menekan harga emas dunia.
Ariston menyebut, kebijakan tapering off akan diikuti dengan kenaikan suku bunga. Pengurangan likuiditas yang diikuti dengan pengetatan kebijakan moneter membuat mata uang dollar AS akan menguat tajam dan menekan harga emas dunia.
Seandainya kebijakan diterapkan, Ariston memperkirakan harga emas bisa menyentuh sedikit dibawah US$1.700, sekitar US$1.680 per troy ounce.
Untuk saat ini sendiri harga emas dunia lanjutnya masih dalam fase konsidasi.
“Karena harga emas dunia cukup mempengaruhi kinerja saham emiten emas di bursa,” jelasnya. (*)