Jakarta – Pasukan Rusia melakukan serangan rudal dan drone tempur di kawasan Dnipropetrovsk, Ukraina pada Senin (22/5/2023) semalam.
Akibat serangan itu, para pejabat Ukraina melaporkan telah menyebabkan kerusakan bangunan-bangunan dan melukai sedikitnya delapan orang.
Dalam postingan di Telegram, Gubernur Serhiy Lysak mengatakan, kerusakan terjadi pada bangunan hunian dan kendaraan.
Berdasarkan laporan Angkatan Udara Ukraina serangan Rusia melibatkan 16 rudal dan 20 drone Shahed di mana, pertahanan udara Ukraina menembak jatuh empat rudal jelajah dan 20 drone.
Rusia sendiri telah meningkatkan serangan udaranya terhadap Ukraina dalam beberapa pekan terakhir. Adapun Ukraina tengah merencanakan serangan balasan yang ditujukan untuk merebut kembali wilayah dari pasukan Rusia.
Baca juga: Rusia Ultimatum Barat Jika Pasok Jet Tempur ke Ukraina
Sementara itu, operator pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pemerintah Ukraina, Senin (22/5) melaporkan kerusakan saluran tegangan tinggi yang memasok daya eksternal ke PLTN Zaporizhzhia akibat gempuran Rusia.
Badan Energi Nuklir Ukraina Energoatom pada postingan di Telegram menyampaikan bahwa PLTN terpaksa beroperasi dengan generator cadangan diesel yang bahan bakarnya cukup untuk 10 hari.
“Jika mustahil untuk memulihkan daya eksternal sepanjang masa ini, kecelakaan dengan konsekuensi radiasi bagi seluruh dunia dapat terjadi,” kata Energoatom, melansir VOA Indonesia, Selasa (23/5/2023).
Energoatom juga mengatakan, pemutusan operasi kemarin merupakan yang ketujuh sejak pasukan Rusia menguasai PLTN itu pada tahap-tahap awal serangan penuh Rusia terhadap Ukraina.
Ini adalah PLTN terbesar di Eropa, dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah berulang kali menyatakan kekhawatiran mengenai ancaman keselamatan dan keamanan di sana di tengah konflik yang terus berlangsung.
“Kita harus sepakat untuk melindungi PLTN sekarang; situasi ini tidak dapat diteruskan,” tandas Dirjen IAEA Rafael Grossi Senn.(*)
Editor: Galih Pratama