Head of Research and Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto. (Foto: Khoirifa)
Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dikabarkan akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 15 Maret mendatang. Salah satu agenda dalam rapat tersebut adalah perubahan susunan direksi dan dewan komisaris.
Jahja Setiaatmadja, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Utama BCA, dikabarkan akan mengisi posisi Komisaris Utama menggantikan Djohan Emir Setijoso, yang telah mengundurkan diri pada Desember 2024.
Sementara itu, posisi Direktur Utama akan diisi oleh Gregory Hendra Lembong, yang saat ini masih menjabat sebagai Wakil Direktur Utama BCA.
Baca juga: Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama BCA, Akan Digantikan oleh Gregory Hendra Lembong, Jahja ke Mana?
Melihat hal itu, Head of Research and Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menilai pergantian direksi tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap kinerja BCA ke depan.
“Saya rasa mungkin nggak akan terlalu berpengaruh (perubahan direksi). (prospek kinerja) masih tetap bakal positif,” ujar Rully kepada media di Jakarta, Kamis, 13 Februari 2025.
Menurutnya, kinerja positif BCA telah berlangsung lama dan didukung oleh berbagai faktor, seperti likuiditas yang terjaga, cost of fund dan cost of credit yang rendah, serta rasio kredit bermasalah (non-performing loan atau NPL) yang tetap stabil.
Baca juga: Profil Gregory Hendra Lembong, Calon Pengganti Jahja Setiaatmadja sebagai Presdir BCA
“BCA juga sudah running very well-nya sudah sangat lama ya, dengan mereka likuiditasnya sangat terjaga, cost of fund, cost of credit-nya juga rendah, NPL-nya juga terjaga. Jadi memang fasilitasnya mereka bagus, mereka itu banyak fee based income-nya,” imbuhnya.
Adapun, di sepanjang tahun 2024, BCA mencatatkan kinerja positif dengan laba bersih konsolidasi tumbuh 12,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp54,8 triliun.
Raihan laba bersih tersebut ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang mencapai Rp922 triliun, atau tumbuh 13,8 persen sepanjang 2024.
Kualitas pembiayaan BCA juga tetap terjaga. Rasio loan at risk (LAR) BCA membaik menjadi 5,3 persen pada 2024, dibandingkan 6,9 persen pada 2023.
Baca juga: Begini Gerak Saham BBCA Usai Umumkan Bakal Punya Presdir Baru
Sementara itu, biaya provisi BCA tercatat sebesar Rp2 triliun, dan rasio NPL terjaga di angka 1,8 persen pada 2024.
Selain itu, dana giro dan tabungan (current account savings account atau CASA) berkontribusi sekitar 82 persen dari total dana pihak ketiga (DPK), tumbuh 4,4 persen menjadi Rp924 triliun. (*)
Editor: Yulian Saputra
Poin Penting Pollux Hotels Group menerbitkan obligasi berkelanjutan perdana dengan penjaminan penuh dan tanpa syarat… Read More
Poin Penting BRI membukukan laba bank only Rp45,44 triliun per November 2025, turun dari Rp50… Read More
Poin Penting Seluruh bank besar seperti BCA, BRI, Mandiri, BNI, dan BTN memastikan layanan perbankan… Read More
Poin Penting Bank Jateng membagikan dividen Rp1,12 triliun kepada Pemprov dan 35 kabupaten/kota di Jateng,… Read More
Poin Penting Perencanaan keuangan krusial bagi freelancer untuk mengelola arus kas, menyiapkan dana darurat, proteksi,… Read More
Poin Penting Pastikan kendaraan dan dokumen dalam kondisi lengkap dan prima, termasuk servis mesin, rem,… Read More