Poin Penting
- Rupiah dibuka menguat tipis ke Rp16.670 per dolar AS, naik 0,06 persen dari penutupan sebelumnya.
- Pasar waspadai shutdown pemerintah AS dan ketegangan geopolitik global, termasuk konflik Rusia-Ukraina dan sanksi terhadap Iran.
- BI aktif stabilkan rupiah lewat intervensi dan pembelian SBN, meski rupiah masih melemah 3 persen secara year-to-date.
Jakarta – Nilai tukar rupiah menguat pada awal perdagangan hari ini, Selasa, 30 Spetember 2025. Rupiah dibuka di level Rp16.670 per dolar Amerika Serikat (AS), menguat tipis 0,06 persen dibandingkan penutupan kemarin di Rp16.680 per dolar AS.
Pengamat Ekonomi, Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pasar saat ini tengah bersiap menghadapi potensi penutupan pemerintah AS pekan ini, di tengah upaya bipartisan yang masih minim untuk meloloskan RUU pendanaan.
“Pendanaan untuk operasi federal AS akan berakhir pada tengah malam tanggal 30 September, karena Kongres belum memiliki dana pengganti atau perpanjangan,” kata Ibrahim, Selasa, 30 September 2025.
Baca juga: Rupiah Dibuka Menguat ke Level Rp16.645 per Dolar AS
Selanjutnya, negosiasi bipartisan mengenai RUU pendanaan masih berlangsung. Partai Republik terlihat mendorong RUU pendanaan sementara hingga November, sementara Partai Demokrat menuntut Kongres untuk membatalkan pemotongan anggaran layanan kesehatan dan Medicaid baru-baru ini, sebelum RUU pendanaan lainnya disetujui.
“Para pemimpin Kongres dari kedua partai dijadwalkan bertemu Presiden Donald Trump pada hari Senin untuk pembicaraan mediasi. Penutupan pemerintah dapat menunda rilis data penggajian non-pertanian utama yang akan dirilis akhir pekan ini, dan juga berpotensi mengganggu aktivitas ekonomi jika dibiarkan tidak terselesaikan dalam jangka waktu yang lama,” jelasnya.
Selain itu, ketegangan geopolitik kembali memanas setelah Rusia menggempur Kyiv dan wilayah lain di Ukraina pada Minggu pagi dalam salah satu serangan terdahsyat di ibu kota sejak perang skala penuh dimulai.
Baca juga: Rapor Sepekan: IHSG Semringah, Pasar Obligasi dan Rupiah Kian Merana
Di sisi lain, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali memberlakukan embargo senjata dan sanksi terhadap Iran, menyusul proses yang dipicu kekuatan Eropa terkait program nuklir negara tersebut. Teheran telah memperingatkan akan memberikan respons keras.
Pentingnya Konsistensi Kebijakan Domestik
Di domestik, Ibrahim menekankan pentingnya konsistensi sinyal kebijakan fiskal dan moneter untuk menjaga stabilitas rupiah, terutama di tengah penguatan dolar AS dan gejolak pasar global.
“Instrumen Bank Indonesia (BI) dan pemerintah sudah memadai, tetapi koordinasi dan komunikasi perlu diperkuat agar ekspektasi pasar terkendali,” imbuhnya.
Baca juga: Menkeu Purbaya Yakin Rupiah Menguat Mulai Pekan Depan
Ia menjelaskan, BI telah menggunakan seluruh instrumen stabilisasi nilai tukar, mulai dari intervensi di pasar spot, Non Deliverable Forward (NDF) onshore maupun offshore, hingga pembelian Surat Berharga Negara (SBN).
Namun, ia mencatat bahwa rupiah sempat mendekati Rp16.800 per dolar AS, melemah lebih dari 3 persen secara year-to-date (ytd).
“Di sisi bantalan eksternal, cadangan devisa Agustus 2025 tercatat USD150,7 miliar, turun dari Juli karena pembayaran utang pemerintah dan langkah stabilisasi, namun masih jauh di atas standar kecukupan internasional,” tambahnya.
Proyeksi Rupiah Hari Ini
Ibrahim pun memperkirakan rupiah akan berada di kisaran Rp16.630 hingga Rp16.680 per dolar AS hari ini.
“Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.630 hingga Rp16.680 per dolar AS hari ini,” tandasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra










