Jakarta – Rupiah diperkirakan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akibat kekhawatiran tensi perang dagang AS dan China yang kembali meningkat.
Pengamat Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi menjelaskan, eskalasi perang dagang AS-China meningkat setelah Presiden Donald Trump menuduh China melanggar kesepakatan dagang baru-baru ini, yang ditegur oleh Beijing.
“Pasar juga terguncang oleh kenaikan tarif impor baja dan aluminium Trump, yang membuat investor tidak yakin atas kebijakan AS,” kata Ibrahim, Selasa, 3 Juni 2025.
Baca juga: 175 Saham Menguat, IHSG Dibuka Rebound ke Level 7.081
Meski demikian, China dengan tegas menolak tuduhan Trump bahwa negara itu telah melanggar ketentuan kesepakatan dagang pada pertengahan Mei lalu yang ditandatangani di Jenewa. Kementerian Perdagangan China mengatakan, tuduhan Trump tidak masuk akal, dan menyebut bahwa Beijing akan terus melindungi kepentingannya.
“Trump tidak menyebutkan secara spesifik pelanggaran China apa saja. Tanggapan Tiongkok menambah tanda-tanda ketegangan baru-baru ini dalam hubungan AS-Tiongkok, terutama setelah pejabat AS mengakui minggu lalu bahwa perundingan dagang antara keduanya telah terhenti,” jelasnya.
Selain itu, meningkatnya aksi militer antara Rusia dan Ukraina, menjelang perundingan damai, juga membebani sentimen. Sementara, laporan menunjukkan bahwa Washington sedang mempertimbangkan tarif dagang yang ditujukan ke China dan India untuk mengurangi pembelian minyak Rusia.
Dari domestik, tren kontraksi Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia terus berlanjut pada Mei 2025 yang tercatat di level 47,4 atau masih di bawah ambang batas normal, yakni 50. Namun, angka ini meningkat dibanding bulan sebelumnya sebesar 46,7.
Baca juga: PMI Manufaktur Indonesia di Mei 2025 Lanjut Terkontraksi ke Level 47,4
Namun patut diwaspadai bahwa berdasarkan laporan S&P Global, sektor manufaktur Indonesia terus mengalami penurunan pada pertengahan menuju triwulan kedua dipicu turunnya output dan permintaan baru yang terus melemah sejak April lalu.
Penurunan permintaan pesanan baru pada Mei 2025 merupakan kondisi terparah dalam waktu hampir 4 tahun terakhir yag menyebabkan anjloknya volume produksi.
“Kinerja ekspor juga disebut terus menurun, sementara perusahaan manufaktur nasional masih berupaya menyesuaikan inventaris dan tingkat pembelian menanggapi kondisi permintaan yang lemah,” jelasnya.
Sehingga, Ibrahim memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif yang akan ditutup menguat pada perdagangan hari ini di kisaran Rp16.200 – Rp16.250 per dolar AS.
“Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp16.200 – Rp16.250 per dolar AS,” imbuhnya. (*)
Editor: Galih Pratama









