Jakarta – Rupiah diprediksi akan mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Selasa, 19 November 2024, yang diakibatkan oleh ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan AS atau Fed Fund Rate (FFR).
Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengatakan penguatan tersebut tercermin dari indeks dolar AS (DXY) yang bergerak menurun di kirasaran 106,20, dibandingkan hari sebelumnya 106,60.
“Indeks dolar AS terlihat bergerak turun. Pagi ini di kisaran 106.20, pagi sebelumnya di kisaran 106.60. Ini bisa mengindikasikan rupiah bisa menguat terhadap dollar AS,” kata Ariston kepada Infobanknews, Selasa, 19 November 2024.
Baca juga: Sentimen Trump Picu Penguatan Rupiah di Awal Pekan
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa, 19 November 2024, pukul 09.54 rupiah tercatat berada di level Rp15.822 per dolar AS, sedikit menguat 0,22 persen.
Ariston menyebutkan pelemahan dolar AS juga disebabkan karena ekspektasi pasar terhadap pemangkasan FFR, di mana pada Desember 2024 diperkirakan akan dipangkas.
“Pelemahan dolar AS ini bisa disebabkan karena ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga acuan AS yang menurut survei CME, di bulan Desember ini, 68 persen peluang the Fed akan memangkas dibandingkan peluang sisanya the Fed akan menahan suku bunga acuannya,” pungkasnya.
Baca juga: RI Masuk Negara Kelas Menengah Atas, Lebih Banyak Untung atau Buntung?
Selain itu, pasar juga melihat bahwa rencana Donald Trump untuk menumbuhkan ekonomi AS membutuhkan anggaran besar yang bisa meningkatkan defisit dan mendorong pelemahan ekonomi AS.
“Tapi di sisi lain, pelaku pasar juga masih melihat potensi penguatan dolar ke depan karena potensi kebijakan perang tarif dari Trump. Ini mungkin menjaga dolar AS tidak terlalu menguat hari ini,” ungkap Ariston.
Dia pun memperkirakan rupiah menguat terhadap dolar AS di kisaran Rp15.800 per dolar AS.
“Peluang penguatan rupiah hari ini ke kisaran Rp15.800, dengan potensi resisten ke kisaran Rp15.900,” tandasnya. (*)
Editor: Yulian Saputra