Rupiah Dekati Level Krisis 1998, BI Tegaskan Ekonomi Tetap Stabil

Rupiah Dekati Level Krisis 1998, BI Tegaskan Ekonomi Tetap Stabil

Jakarta – Nilai tukar rupiah sempat menyentuh Rp16.600 per dolar Amerika Serikat (AS), mendekati level depresiasi saat krisis 1998 yang sempat mencapai Rp16.800 per dolar AS.

Meski begitu, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia (BI), Solikin M. Juhro, menegaskan, fundamental ekonomi Indonesia masih dalam kondisi baik.

“Kalau kita lihat indikatornya (ekonomi) itu kita benar-benar sangat solid, seperti pertumbuhan ekonomi yang juga tumbuh tinggi,” kata Solikin dalam Taklimat Media, Rabu, 26 Maret 2025.

Baca juga: Rupiah Diperkirakan Menguat, Ini Faktor Pendorongnya

Solikin juga memastikan Indonesia masih jauh dari ancaman krisis. BI, bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), terus melakukan mitigasi dan penanganan terhadap gejolak ekonomi, baik domestik maupun global.

“Kalau kita simpulkan, apakah masih jauh (dari krisis) tentunya, saya berani afirmasi ini masih jauh tapi kita tetap gak boleh complisnet kita harus tetap monitor,” ungkapnya.

Adapun fundamental ekonomi yang baik ini tecermin dari pertumbuhan ekonomi nasional masih tumbuh stabil. Pada 2023, di kisaran 5,04 persen, dan pada 2024 sebesar 5,02 persen.

Baca juga: Gara-gara Bursa Saham RI Ambles, Rupiah Diperkirakan Kembali Tertekan

Kemudian, inflasi terjaga rendah, di level 2,81 persen pada 2023 dan pada 2024 menjadi sebesar 1,57 persen. Current account juga sangat rendah di angka 0,41 persen pada 2023 menjadi -0,32 persen.

Selanjutnya, rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 29,79 persen pada 2023 dan ke level 30,43 persen pada 2024.

Selain itu, rasio permodalan perbankan atau capital adequacy ratio (CAR) bergerak di kisaran 26,69 persen pada 2023 menjadi 27,76 persen pada 2025, dan risiko kredit atau non performing loan (NPL) di level 2,08 persen. (*)

Editor: Yulian Saputra

Related Posts

Top News

News Update