Poin Penting
- Nilai investasi Australia di Indonesia mencapai USD2,8 miliar dalam lima tahun terakhir dan perdagangan bilateral naik 23,5 persen menjadi USD15,4 miliar pada 2024.
- Rencana investasi strategis baru: Sejumlah perusahaan Australia berkomitmen menanamkan modal di Indonesia.
- Melalui PP No.28/2025 dan sistem OSS fiktif positif, pemerintah mempercepat perizinan investasi; sementara tiga sektor prioritas kerja sama dengan Australia.
Jakarta – Hubungan ekonomi Indonesia dan Australia terus menguat. Ini tercermin dari nilai investasi Australia di Indonesia dalam lima tahun terakhir tercatat USD2,8 miliar yang didominasi oleh sektor pertambangan, perhotelan, dan layanan kesehatan.
Sementara itu, nilai perdagangan bilateral kedua negara mencapai USD15,4 miliar pada 2024, atau naik 23,5 persen dibanding tahun sebelumnya.
Hal itu diungkapkan Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan P. Roeslani saat memimpin CEO Meeting dengan lima pimpinan perusahaan besar Australia di Sydney.
Pertemuan ini merupakan bagian dari rangkaian pendampingan Rosan dalam kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia ke Australia, yang berfokus pada penguatan kerja sama ekonomi dan investasi antara kedua negara.
“Melalui IA-CEPA, kita tidak hanya membuka pintu bagi investasi, tetapi membangun jembatan kolaborasi yang berkelanjutan. Indonesia siap bertransformasi menjadi pusat investasi hijau dan bernilai tambah di kawasan,” ungkap Rosan dikutip Kamis, 13 November 2025.
Baca juga: Pemerintah, Pengembang, dan Industri Sepakat Perkuat Sinergi Investasi dan Properti
Pertemuan tersebut dihadiri oleh Founder and Executive Chair Aspen Medical Glenn Keys, Chairman Pure Battery Technologies (PBT) Stephen Wilmot, Director Managed Investment AAM Investment Group David Paton, CEO Cue Energy Resources Matthew Boyall, dan CFO Nickel Industries Ltd Chris Shepherd.
Pertemuan ini membahas rencana investasi strategis dari masing-masing perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, hilirisasi, agrikultur, minyak dan gas.
Diskusi tersebut menghasilkan beberapa rencana investasi strategis di berbagai sektor unggulan, diantaranya Aspen Medical melakukan penjajakan minat investasi proyek redevelop RSUD Samarinda senilai USD1 miliar, dan Pure Battery Technologies (PBT) akan berinvestasi sebesar USD350 juta di Batang Industrial Park untuk pengembangan material katoda.
Kemudian, AAM Investment Group mengembangkan peternakan sapi di Lampung dan aktif dalam program pelatihan tenaga kerja Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA), Cue Energy Resources menambah investasi untuk sektor minyak dan gas, serta Nickel Industries Ltd berekspansi pada fasilitas pengolahan nikel di Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Rosan juga menjelaskan regulasi baru, yaitu Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2025.
Melalui peraturan baru tersebut perizinan berusaha yang telah melewati Service Level Agreement (SLA) verifikasi dapat terbit otomatis sehingga dapat meningkatkan kepastian kepada pelaku usaha.
“Sampai dengan sekarang, sistem Online Single Submission (OSS) telah menerbitkan sebanyak 134 perizinan berusaha melalui mekanisme fiktif positif, sehingga proses investasi dapat berlangsung lebih cepat dan efisien,” papar Rosan.
Baca juga: Prabowo Resmikan Pabrik Petrokimia Terbesar se-Asia Tenggara, Nilai Investasi Rp62,4 T
Peluang Investasi
Selain itu, Rosan juga menyoroti tiga sektor prioritas kerja sama Indonesia dan Australia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, yaitu hilirisasi sumber daya alam, termasuk pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik dan panel surya, energi baru dan terbarukan, dengan potensi mencapai 3.700 GW dari tenaga surya, angin, air, bioenergi, dan panas bumi.
Kemudian, sektor kesehatan, dengan proyeksi belanja kesehatan Indonesia mencapai USD138 miliar pada 2040, didukung pembentukan KEK Kesehatan di Bali dan Batam.
“Kami ingin seluruh ekosistem investasi tumbuh lebih baik – dari praktik pertambangan, energi bersih, hingga kesehatan. Indonesia kini bergerak menuju standar global yang lebih tinggi, dengan kepastian hukum dan kemudahan berusaha sebagai fondasinya,” tambah Rosan.
Menutup pertemuan, Menteri Rosan mengajak para pelaku usaha Australia untuk terus berkolaborasi dalam menciptakan nilai tambah baru, memperkuat rantai pasok global, serta mewujudkan investasi yang berdampak bagi masyarakat dan lingkungan. (*)
Editor: Galih Pratama









